Monday, December 23, 2013

Sekolah Dasar

Alias SD.
Sebulan terakhir ini, kepala diisi dengan segala macem tentang eSDe. Karena pada bulan Desember ini, hampir sebagian besar SD swasta tutup pendaftaran. Pedaftaran buat tahun ajaran 2014-2015! Bayangkan.. ck,ck,ck.. fyuh!

www.itsschooltime.com

Yang membuat kepala saya dipenuhi persoalan SD ini tidak lain tidak bukan adalah, Nawla. Agustus 2014 doi genap 6 tahun (Owwh.. my baby!), dan saya memang berencana memasukkannya ke SD. Untuk SD negeri, gak akan ada harapan masuklah, mengingat umur Nawla yang kurang dari ketentuan masuk SD negeri. Selain itu, saya kok gak tralu minat ya ama SD negeri? huehehe...

Jujur aja, persoalan SD untuk Nawla ini sangat penting buat saya. Ini adalah sebuah anak tangga berikutnya. Emosi dan deg-degannya sama kayak saya mau nyapih Nawla atao pas pertama kali bawa Nawla ke Playgroup. Ini SD boo! Nawla bakal 6 tahun di situ (kalo gak pindah-pindah, Insya Allah) dan memulai kehidupannya sebagai Anak usia sekolah, dan menanggalkan titel balitanya. The Baby is growing, upper an upper.

Selama sebulan, tak ada hari tanpa browsing SD, sms/WA temen yang udah sekolahin SD anaknya, SKSD ama emak-amak yang udah punya anak SD, dan sebagainya. Namanya juga usaha... Berbekal alamat dan kontak beberapa SD yang direkomendasi beberapa narasumber tadi, saya memulai penjelajahan mengarungi Jakarta, mencari sekolah. Ini Ibu Kota, mencari sekolah tentu seperti mencari jerami di tumpukan jerami. Gampang! Iyalah.. Tapi saya gak minat dengan SD kebanyakan, yang belajar dengan gaya konvensional, searah, berorientasi pada hasil dan segalanya seperti jaman saya sekolah dulu. Maaf jika ada yang tersinggung, tapi soal pendidikan, di era sekarang ini, boleh dong disamakan dengan selera? setiap orang berhak untuk memutuskan pendidikan mana yang ia yakini. Boleh kan?

Saya sengaja berkendaraan umum, untuk ngukur gimana jarak dan tranportasi ke sekolah itu. Turun naik Kopaja, ojek, angkot, beneran keliling cari sekolah. Udah macam sarjana muda mencari kerja deh pokoknya..

Ada beberapa yang langsung blacklist, gak cocok karena menurut saya masih terlalu konvensional, ada juga yang langsung  blacklist karena uang masuk dan SPPnya bikin migren seketika! Padahal konsepnya keren banget, deket lagi dari rumah! Tapi ya sudahlah.. emang bukan rejeki. Sempat terpikir sih jual mobil demi bayar uang masuk... Ya Tuhaaan.. itu sekolah mahal bener sih yak??

Sampai di  hari-hari terakhir menjelang tanggal tutup pendaftaran beberapa sekolah, saya belum juga nemu. Masih ada beberapa list sekolah yang harus saya datangi, dan saya cuma punya waktu 1 hari lagi. Hingga di pagi terakhir masa pendaftaran, saya tiba-tiba terpikir untuk menghubungi seorang teman di daerah Ciganjur. Anaknya sekolah di sebuah sekolah yang saya lupa namanya (dan rasanya tidak masuk list saya). Saya kontak dia, rencananya mau nanya soal sekolah alam di daerah itu. Tapi entah kenapa saya malah nanya anaknya sekolah di mana. Dia bales WA lama juga, padahal udah jam 9an. Pas saya baca nama sekolahnya, langsung saya browsing. Itu adalah pertama kalinya saya membaca situs sekolah tersebut. Dan saya tiba-tiba langsung memutuskan untuk mendatangi sekolah tersebut. Padahal rencana sebelumnya saya mau ke sebuah sekolah di Pasar Minggu yang cukup dekat dengan rumah, baru setelah itu ke Sekolah Alam di Ciganjur. Saya sudah telp 2 sekolah itu.Tapi saya putuskan untuk tidak jadi ke pasar minggu, tapi langsung ke Ciganjur, menuju sekolah anaknya teman saya itu. Berdua Nawla yang masih batuk-batuk karena alerginya yang kambuh di udara lembab seperti sekarang ini, kita naik kereta ke Lenteng Agung, tanpa tahu di mana sekolah itu tepatnya berada. Di kasih alamatpun saya gak mudeng sama sekali. Ciganjur masih sangat asing buat saya. Turun dari Kereta, paling  masuk akal adalah cari tukang ojek. Alhamdulillah mereka kenal dengan nama jalannya. Ternyata jaraknya lumayan jauh juga dari stasiun. Sempet jiper juga.. rasanya ini kejauhan buat Nawla (padahal sebelumnya saya sempat survey sampai Depok juga).

Sampai di sekolah itu. Sederhana sekali sekolahnya. Mungil dan  Asri. Saya ketemu dengan salah satu bagian Adminnya. Ketika saya tanya apakah masih buka pendaftaran? saya malah ditanya balik, "Ibu mau ambil undangan?" Bingung deh. Akhirnya semua dijelaskan, barulah saya ngeh, ini adalah hari terakhir pengembalian formulir. Formulir pendaftaran siswa baru? Oh, bukan. Formulir untuk mengikuti Seleksi Orang Tua sebagai Mitra Sekolah. Wak waw... Jadi apabila saya mendaftar, itu artinya saya siap dites apakah saya layak menjadi orang tua yang bermitra dengan sekolah itu dalam mendidik anak atau tidak. Tesnya bukan berupa tes tulis atau tes wawancara sekali jalan, tes ini adalah serangkaian proses yang harus dilakukan orang tua di rumah, sebelum memasukkan anaknya ke sekolah tersebut. Tes ini adalah sebuah ujian pada proses, bukan pada hasil.

Ada sedikit pencerahan di hati. Kayak feeling. Feeling kalo ini adalah sekolah yang baik untuk Nawla. setelah melihat-lihat sebentar kondisi kelas dan aktivitas siswanya, saya akhirnya mendaftar. Ternyata uang pendaftarannya gede juga.. iya sih, soalnya ini sekalian biaya Seminar dan Asesment orangtua selama 3 minggu oleh sekolah. Sebenernya sih angkanya wajar aja, tapi jumlah uang pendaftaran itu setara dengan jumlah uang di dompet. Saya pikir, jumlah uang yang saya bawa cukup banyak untuk keliling hari itu.. ternyata dompet langsung kosong seketika. Yang tersisa adalah beberapa receh yang saya sendiri gak yakin cukup utnuk membayar ojek yang saya suruh nunggu di depan, karena agak susah cari ojek dekat sekolah itu. Tapi ya sudahlah, ntar bisa mampir ATM, pikir saya. Lalu, saya mendapat formulir untuk diisi. Bukan formulir tepatnya, tapi buku Biografi. Biografi tentang Nawla. Pantes aja, pada ngisi di rumah... Gak ada pilihan lain, saya harus mengisi "Buku Biografi" saat itu juga. Ngos-ngosan.. hampir 2 jam saya di sekolah itu. Untung Nawla cukup enjoy selonjoran di lantai ruang Admin.

Selesai semua, saya coba mantapkan hati, mumpung jumat juga, banyak-banyak doa.. semoga saya melakukan hal yang benar. Akhirnya saya pulang. saya harus segera pulang, karena Jumat siang adalah jamnya Friday Fun Club Nawla bersama teman-teman sekomplek dan saya jadi pembaca buku di situ (ini adalah pengembangan dari Friday Reading Club ). Ternyata si tukang ojek tadi menghilang. Mungkin kelamaan nunggu dan bete.. (pasti bete banget tuh..). Maaf yaah.. Hikmahnya, uang saya masih cukup buat beli tiket kereta, hehe..

Apa sih sekolahnya?
Ini adalah Tetum Bunaya . Di Jl.Timbul, Jagakarsa, Ciganjur.
Sabtu pagi, saya harus hadir di Gedung Apung UI untuk mengikuti 4 jam "ngobrol" dengan Bu Alzena Masykouri, Psikolog yang akan mendampingi program ini. Oya, nama program seleksi ini keren deh : Menjadi Orang Tua yang Bertumbuh (MOTyB). Kalimat inilah yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk ikut mendaftar.

Masih ada hari-hari panjang yang harus saya (dan suami) lalui untuk menjalankan proses Menjadi Orang Tua yang Bertumbuh ini. Lalu bila lolos seleksi masih ada tahapan berkiutnya. Analogi yang dipakai adalah biji menuju pohon yang tumbuh. Tahap yang baru saya jalani ini adalah tahap "Tunas". Sampai 3 minggu ke depan. Dan apa yang saya dapat selama "baru" 2 hari ini? hanya satu hal; kesadaran penuh sebagai orang tua. Dan bila diuraikan, sesuangguhnya itu lebih banyak dari yang saya peroleh dari seluruh literatur yang saya baca selama menjadi Ibu 5,5 tahun ini.

Apakah saya akan lolos seleksi? tentu saja hanya Allah yang tahu. Tapi rasanya saya setuju dengan Mba Endah, sang pendiri sekolah ; "Nikmatilah proses dalam program ini, soal lulus seleksi, itu adalah bonus". (Sebenernya bingung juga kalo gak lulus... mesti cari SD ke mane lagii...?? T_T)

Baiklah. Mari kita jalani. Bukan jalani tes ini semata, tapi jalani proses menjadi orang  tua yang bertumbuh bersama anak.

Bismillah.

:)


Sunday, December 1, 2013

Rain-Hujan (Bukan bintang korea)

Its taken from here

Its December.
Its  a rain falls.

A rare weekend i do. Just stay at home.
Sometime, the best travelling is in ur home. Make a deep journey to ur life, in every single detail. I think, i do agree with that.

Karena Nawla yang sedang sakit dan badan yang sedikit lesu, kami memilih berakhir pekan di rumah saja. Bukannya sombong sih, gak pernah wiken di rumah. Tapi karena sejujurnya rumah kami agak.. "kurang luas" buat refreshing. hehe. Jadi kami lebih sering numpang wiken  di tempat lain di mana kami bisa ngantongin udara segar untuk persediaan seminggu ke depan.

Niatan wiken di rumah ini didukung oleh cuaca mendung dan hujan subuh  yang menderu, sampai menciptakan raindrops indah di jendela lantai 20 kami. Sayang, gak sempet moto.. tadi milih selimutan aja. 

Ooowh... its feeling the rain! Do u feel the same, my friends?
Feeling rain, feeling blue.. gloomy.. meloww.. apalah...
Banyak yang bilang, hujan datang membawa sejuta inspirasi. karena itulah banyak penulis cinta pada hujan. Seringkali inspirasi berbanding lurus dengan derasnya hujan. Begitu katanya. Iya sih. Jadi ingat setahun yang lalu, hampir seluruh novel saya, saya tulis ketika hujan. Entah ini membenarkan hipotesa itu atau hanya kebetulan saja. Untuk membuktikannya, sebaiknya saya mulai menulis novel lagi. Dan kita lihat, apakah bisa rampung ketika musim panas datang? Hohoho... *ketawa miris*

Okeeey.. setelah seminggu lebih bergumul dengan sinus maksilaris yang tiba2 datang lagi setelah lama meninggalkan saya, dan sejujurnya saya berharap kami tak pernah berjumpa lagi, mari  kita sambut Desember nan syahdu  ini dengan laptop yang membara! Semoga semua kerjaan bisa beres, dan sebuah cerita bisa terangkai. 
Semoga Nawla juga cepet sehat dan kita bisa liburan, yeaaaay!!(padahal sebagai ibu RT, everyday is holiday beybeh!)

Well, actually, its a nice weekend to us. Enjoying Saturday and Sunday in no where, just at home, do like weekdays but no need to worry about work and school. Simply way to relax.

Happy rainy, everyone! Saatnya pamer coat keren ala ala korea! hahahah!
Cheers! *Angkat cangkir hot peppermint tea*


Wednesday, November 27, 2013

Beberes

Gambar punya sini

Selamat datang... lagiii...! Hehe.

Setelah berbulan-bulan gak nongol ngeblog nih. Sengaja sih, kan halaman bawah masih jualan *nyengir*. Ini sekedar mo unjuk gaya aja.. udah rada nambah (dikiiit) ke-gape-an untuk bikin blog lebih okeh. Ya.. paling gak udah bisa bikin header. Yeaaah! (Silakan pasang muka -____-")

Tapi yang namanya punya rumah, apapun bentuknya. Termasuk rumah curhat penting gak penting kayak begini, perlu jugalah diberesin... masa rumah mo RSSSSS terus yak? mumpung gratis bisa up grade rumah macam begini, asal mau rada kelenger aja belajar ngeblog bener. eh, ini sih saya yah? Wokeh, masih belom beres semua sih. Paling gak ruang tamunya lumayankan? Semoga jadi lebih semangat ngeblog lagi.

So, kalo kita sering ngerasa bosen.. hidup gini2 aja... kapan bisa jadi bintang Hollywood ato tiba2 menang lotre keliling tata surya.. mungkin kita perlu sedikit sentuhan pembaharuan (taelah!) dalam hidup. Gak usah yang mahal2,sekedar ganti wallpaper HP ato donlot lagu baru, ato ganti template blog kayak gini, bisa juga kok jadi sentuhan baru dalam hidup. Dan teteplah pede setengah mati kalo hidup kita itu tidak biasa-biasa saja sodara-sodara! Tuhan tidak sedang bermain dadu, kalo kata Einstein. Apa hubungannya? hmm.. apa yak? yang pasti saya baru ganti bathroom's books saya dgn buku Einstein-nya Isaacson. Dan jadi lebih semangat ke kamar mandi. Loh? Yah, apapunlah, biar bikin hidup lebih semangat! Daripada cari pasangan baru.. *eh? *ups! Repotlah yang begitu mah...

Ini lagi siang bolong redup-redup bikin ngantuk mata yg baru merem jam 4 pagi. Tapi masa tidur jam segini yak?? kaya bukan anak muda ajah.. halah! Be productive-lah, walo angot-angotan.

See u in another penting gak penting curhatan Pipit.
Lets create the new!

Ciao!

Friday, September 6, 2013

My Novel : EYHONIA

Ini adalah sebuah surat.
Surat seorang Ibu untuk anak perempuannya. Surat yang amat panjang. Sehingga hampir memuat semua perjalanan hidup dengan takdirnya yang seringkali dramatis. Namun, tidak perlu seumur hidup untuk membaca surat yang panjang ini, mungkin hanya perlu sehari dua hari atau bahkan beberapa jam saja. Tapi kau tidak akan pernah lagi menjadi orang yang sama setelah membaca surat ini. Paling tidak, itulah yang dialami Yumi, Sang Anak. Tumpukan lembaran tulisan Ibu seketika melemparnya ke masa lalu, ke masa kecilnya, membolak-balik kenyataan sekaligus perasaaannya. Yumi terseret dalam turbulensi peristiwa yang tak pernah ia duga. Dan pada akhirnya segalanya terasa menjadi berbeda. Namun ada satu hal yang tetap sama, yang selalu Yumi yakini sepanjang masa; cinta Ibu. Yang besarnya tak pernah lebih kecil sedikitpun dari luas seluruh semesta.

Nawla's First Book!

Baru sempet nge-post tentang ini nih, hehe... *emak sok sibuk*
Here it is...!
Untuk cover versi PDFnya bisa dilihat di sini : http://www.scribd.com/doc/165773078/Cover-Nawla-s-Book

Ide tentang bikin buku ini sebenernya udah lama, sejak melihat Nawla suka sekali gambar dan nulis. Di usianya yang ke-3 Nawla sdh bisa nulis kata "IBU". Itu tulisan pertamanya :') Sejak sekolah dan belajar baca tulis di TKnya (yoi, TKnya ngajarin baca tulis siiih.. *kurang sreg*) dan Alhamdulillah Nawla ternyata suka baca dan nulis, maka tiada hari tanpa nulis, baca dan gambar. Di rumah, saya gak ngajarin Nawa baca sama sekali, juga nulis. Tapi setiap hari dia pasti buka buku dan mencoba baca tulisan-tulisan di sana, kalo gak ngerti, tanya ibunya (bisa tiap semenit sekali nanya! benar kata pepatah: makin anak gede, makin rempong, bo!), termasuk soal nulis, gayanya dia nulis begini: "Bu, tulis 'Pergi ke sekolah', gimana?" sambil masak ato sambil nulis (juga) ibunya dengan penuh kesabaran (taelah!) meng-ejakan satu persatu hurufnya. Begitulah seterusnya, sampai Nawla sedikit sedikit bisa nulis kata-katanya sendiri. Bahkan diapun sudah mulai BBM dan Whatsapp-an! *lampu merah-lampu merah!*

Sampaaaaiii, pada suatu hari, dia menggambar dan menulis sebuah kalimat di atas gambar itu. Ketika saya perhatikan, ternyata dia membuat sebuah cerita. Bisa dilihat disini : http://t.co/bNjQEB3TeA Cerita ini adalah lanjutan dari Buku SPLAT THE CAT yang lagi dia suka banget waktu itu. Begitu katanya. Dan gambar cerita pertama itu dia buat ketika menjelang 4,5tahun. Saat itulah saya terpikir untuk membantu Nawla bikin buku yang lebih serius (obses banget emang emaknya, heuheu..!). Tapiii... dasar Emak sok sibuk, lupalah pada projek ambisius itu, sampai suatu ketika ketika saya berencana untuk mencetak novel saya yang pertama (abis postingan ini saya officially launch ebook novel saya nih, donlot yaa! gratis! *promo*-- maaf, disela mulu ya?) pada hari ultah saya, saya mikir, kenapa gak nyetak buku Nawla juga ya? sekalian, ultahnya cuma beda sehari dengan saya. Maka seminggu sebelum ultah kami yang bersejarah itu.. (Pit, please..) saya dan Nawla ngebut bikin buku. Saya sih tinggal edit dikit novel yang emang udah sejak Februari rampung. Tapi bukunya Nawla bener-bener belum dimulai. Inilah dialog meeting project pertama dengan Nawla pada waktu itu :

Ibu : Naw, gimana kalo Nawla bikin buku dan nanti kita bagikan pas ulang tahun Nawla?
Nawla : Mauuuuuuuuu!!! *jingkrak-jingkrak*
Ibu : Oke, kita bikin ceritanya dulu. Nawla mau nulis cerita apa?
Nawla : *mikir* Putri Nauli!

Nah, tentang karakter Putri Nauli ini adalah originally buatan Nawla yang tercipta sejak lama, mungkin sejak Nawla kecil. Nauli adalah panggilan saya pada Nawla kalo lagi males nyebut huruf "A", Nawla jadi Nauli. Yaah.. gitulah, agak asal emang emaknya. Kebetulan artinya bagus, "cantik" kalo kata orang Medan (Alhamdulillah, Amiin!). Saya sering mendongengi Nawla sebelum tidur kalo pas lagi males buka buku (ya, ya.. saya emang agak banyak malesnya..), karena saya sering manggil dia Nauli, dia selalu minta didongengi tentang Nauli, pake embel-embel Putri (ngarep nanti bisa dibeli Disney, jadi Princess ke-9, heuheu..). Maka terciptalah karakter Putri Nauli dengan latar cerita beraneka macam, tergantung mood emak dan rikues anaknya. Ok, lanjut dialognya!

Ibu : Hmm.. Putri Nauli ya? Ceritanya putri Naulinya kenapa nih?
Nawla : Putri Nauli punya mainan, tapi bosen mainnya..
Ibu : Kenapa bosen?
Nawla : hmm.. gak ada temennya.
Ibu : kenapa gak ada temannya?
Nawla : hmmm... karena temannya jahat.
Ibu (kaget!) : Loh, kok jahat? (Sejak sekolah, kosakatanya makin banyak, begitulah anak-anak, beware Buibu!)
Nawla : Mereka gak mau temenin Nauli main.
Ibu : Kenapa?
Nawla : Hmm.. mereka mau main, tapi ambil mainannya rebutan. Naulinya gak mau rebutan mainan!
Ibu : *hmmm.. ini sih curhat nampaknya..* Oke, oke.. coba kita gambar dulu seperti apa Nauli dan mainannya yah.

Dan seterusnya... bisa panjang dialognya kalo ditulis semua. Intinya, saya coba gali dulu ide itu dari kepala Nawla. emang sih, jadinya cerita yang amburadul banget, mainanya dibuanglah, terus temennya bawa skuter dan Nauli ikut mainlah, terus jatohlah, terus tiba-tiba settingnya pindah ke sekolah, di sekolah main ayunan dan kejedotlah, etc, etc.. Yaaah, namanya anak-anak.. imajinasinya emang luar biasa. Semua pasti base on pengalaman Nawla sehari-hari. Menyadari bahwa dia sudah mulai mampu mengadaptasi kenyataan yang dia alami ke dalam sebuah cerita dengan karakter yang bukan dia, menurut saya itu luar biasa. Itu adalah kemampuan dasar dari seorang pencerita, yang sebenarnya dimiliki oleh  setiap orang dan pasti dimiliki oleh setiap anak-anak. Itulah yang kemudian makin mendorong saya untuk membantu Nawla membuat cerita yang lebih terstruktur. Dengan struktur yang paling sederhana. Saya gali idenya, saya coba sisipkan ide saya, ada yang dia tolak, ada yang  dia terima dan dia kembangkan, begitu seterusnya, sampai jadi sebuah cerita yang utuh. Ini baru ceritanya yah, belum redaksional tata bahasanya.Untuk yang satu itu, Emaknya emang turun tangan banget, hehe. 

Mudahkah semua ini? Hoho.. tentu tidak! seharian penuh saya dan Nawla ngegarap cerita ini, tentunya diwarnai oleh gambek, rewel, gak terima, karena beda pendapat. Dia keukeuh dengan ke-amburadulannya dan Emak-nya perfeksionis gila (maka terjadilah perang dunia). Tapi akhirnya jadi juga. Mungkin juga karena Nawla terbiasa dengan dongeng Putri Nauli yang saya bikin spontan tiap mo tidur, jadi ketika diujung perdebatan, saya ambil senjata pamungkas, yaitu sebuah cerita utuh yang lengkap, Nawla mendengarkannya dengan seksama. Dan di dalam cerita itu, banyak idenya juga yang saya pakai, maka iapun setuju. 

Dialog mejelang akhir meeting project (demi menghindari konflik lanjutan) :
Ibu : Oke, jadi gini aja ceritanya : Nauli merasa bosan dengan mainannya, lalu dia beli permen, ternyata gak enak, lalu dia beli cokelat, ternyata gak enak juga, lalu ibu bilang, coba nauli makan buah, buah ceri ya? wah, banyak buah cerinya, lalu nauli bagi ke temannya. temannya senang, nauli juga senang. lalu nauli juga bagi mainannya, temannya tambah senang, nauli juga. Jadi gak bosen lagi dengan mainannya! gimana?
Nawla : *angguk-angguk* tapi.. permen ama cokelatnay dibagi juga.. (permen dan cokelat ini ide dia, mutlak, kudu ada! berhubung di kehidupan nyata ini adalah benda langka, hahaha!)

Setelah cerita jadi, maka mulailah dibuatkan ilustrasi. Soal gambar ini, sepenuhnya saya serahkan pada Nawla, palings saya cuma mengarahkan dikit aja, misal: "gambarin pohon ceri yg buahnya banyak, Naw!" ato "ekspresinya yang sedih dong.." etc.. Soal warna, bentuk karakternya, termasuk gambar mainannya (dia pilih kelereng karena gampang gambarnya, katanya, hehe!), cokelat, permen, temannya Nauli, itu semua Nawla yang ciptakan. Gambarnya masih sederhana, dan belum konsisten (warna rambut Nauli ganti-ganti, kulitnya juga), tapi saya berusaha untuk gak banyak mencampuri, menurut saya penting sekali untuk mendorong originalitas karyanya. Toh, nanti kalo udah jadi, dia mungkin bisa mengkoreksinya sendiri. Yang paling penting adalah, tumbuh keberanian untuk berkarya. 

Untuk teknis menggambar, tadinya kita pakai cara biasa, Nawla dan krayonnya. Tapi mikir waktu yang mepet dan keribetan yang sungguh lama kalo gambar itu harus di-scan lalu diedit di fotoshop, lalu masuk corel, lalu masuk in-design, halaah ribet! mana Emaknya cuma modal Netbook doang. Maka akhirnya kami putuskan untuk meminta bantuan DoodleBuddy! Yap, meski banyak yang kontra perihal anak balita pegang iPad, tapi untuk yang satu ini saya berani membela, it is okay if they (kids) do something creative with that (iPad, tablet, etc). Enaknya DoodleBuddy ini karena gambar bisa langsung jadi file JPEG. Jadi bisa langsung saya susun di Ms.Word bareng tulisannya, kasih background dan convert ke PDF, kasih ke percetakan, tinggal masukin ke In-Design deh. Beres! Untuk bikin gambar, gak sampai sehari jadi tuh Nawla. Soal DoodleBuddy emang pakarnya doi. Besoknya udah bisa kita bawa ke percetakan. Lalu, Taddaaaaa! Jadilah bukunya! Delapan halaman full color dengan kertas Art Paper berukuran A5 (setengahnya A4). Dengan layout yang simpel banget (karya ibunya yang gak ada pengalaman sedikitpun nge-lay out buku), akhirnya jadilah sebuah buku cerita pertama Nawla. In order to her 5th Birthday, dedicated to everyone she loved, begitu kata-kata di samping foto Nawla di cover belakang.

Lalu ketika saya posting covernya pertama kali ke twitter. Banyak juga yang respon. Jadi kepikir untuk jualan buku ini (emaknya ini sih, originally ide seorang ibu-ibu!), dan Nawla juga setuju! emang doyan main jual-jualan juga dia.. Tapi saya pengen ini gak sekedar dijual, keuntungan hasil penjualan harus jadi manfaat yang lebih  besar untuk Nawla, Lalu saya usul untuk disumbangkan, dia setuju. Akhinya kita putuskan untuk buka preorder buku ini. Lumayan juga yang pesen. Sebelumya kita cuma nyetak 10 eksemplar untuk dibagikan ke keluarga sebagai ucapan terim kasih Nawla di hari ultahnya (kebiasaan yang saya tanamkan ke Nawla bahwa hari ulang tahun adalah hari untuk kita berterima kasih pada banyak orang yang berperan dalam kelahiran kita). Berhubung cetaknya dikit-dikit, jatohnya jadi mahal banget. Tapi ya sudahlah, demi kemajuan anak.. (bahasa emak-emak begini deh). Nah, untuk cetakan yang kedua kita bikin lebih banyak karena yg pre-order lumayan banyak (walo belom sampe ratusan sih, makanya harga cetaknya masih mahal juga! hiks!). Untuk penyaluran hasil penjualan buku, kita kerja sama dengan Happy Play. Apa itu? bisa dilihat di sini : www.happyplay.org 

Soo... hows so far? Yang pasti cetakan kedua sudah full booked. Kita sudah buka pre-order selanjutnya. Insya Allah cetakan ketiga nanti sudah bilingual!  Sambil terus promo untuk pre order selanjutnya, Nawla malah lagi merancang buku ke-2nya tentang perjalanan pertamanya ke Bali beberapa hari yang lalu. She looks happy about making a books, Alhamdulillah. Meski saya, mungkin juga Nawla, belum tahu seperti apa ke depannya, apakah dia akan jadi penulis beneran atao tidak, its okay. Belajar menulis a.k.a belajar bercerita itu penting menurut saya. Ini bukan tentang bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan baik, tapi juga tentang bagaimana kita bisa berbagi inspirasi dengan orang lain. Dan kekuatan dari sebuah inspirasi? it can change the world!

Mari menulis! :)

Monday, August 26, 2013

A memorable Hand In Hand of Nawla

Waah.. Ramadhan is passed away yah... Gimana lebarannya? Semoga makin kenceng silaturahimnya. Gugur semua dosa, saling maafin dan memulai hidup dengan lebih baik, Amiiin! Maaf lahir batin yaaa..

Tapi sedih juga Ramadhan berlalu. Ramadhan kemaren banyak banget hal berkesan yang saya dan keluarga alami. Karena si unyil Nawla udah gede (5 years already!), jadi makin seru melewatkan banyak hal dengannya. Apalagi Nawla, kayaknya niih.. rada-rada impulsive giving gitu ama orang. Jadi waktu Ramadhan kita berbagi di banyak event, dia happy luar biasa. Salah satunya yang paling berkesan adalah saat berbagi mainan dan buku untuk teman-teman di Nias. Ini hajatnya Wafer Tango dan Females Daily nih. Tengkyuu banget buat kalian semua, Nawla was truly happy!

Sebagai penghuni kapling kecil di sebuah tower di Jakarta, kami emang gak bisa bikinin Nawla kamar segede kamarnya Richi Rich (Yaeyalaah..!). Tiap hari kita pandangi kamar mungil yang rasanya kok semakin mungil. Setelah dipandangi hampir tiap hari itu, akhirnya kita sadar, "Waaaa...mainan Nawla makin banyak yaa!" Nawla cuma bisa mengangguk dengan tatapan "so what gitu loh?".  Agak bingung juga, kalo dienyahkan begitu aja pasti tuh anak manyun. Kalo disuruh janji gak minta mainan lagi, jelas mustahil. Aaarrgh, gemes banget liat maenan numpuk itu. Tapi emang masih bagus-bagus deh. Sampe akhirnya saya baca tentang kegiatan donasi mainan-nya MommiesDaily bareng Wafer Tango. Terus saya cerita deh ke Nawla. Eeh, dia malah seneng! Dengan penuh semangat dia keluarin mainannya, sampe box dan rak mainannya hampir kosong! "Kasih semuanya aja, Bu! pasti temen-temen (di Nias maksudnya-Ibu) pada seneng!" Semanget bener tuh anak. Gak lama keluar kalimat lagi, "Nanti kan Nawla bisa beli maenan yang baruuu.." Haiiyaaah, gubrak!!

Tapi tak apalah, yang penting dia mengerti dan tulus untuk berbagi. Nawla pengen temen-temen seneng katanya. Dan yang menakjubkan adalah, dia memang memilih mainan-mainan yang bagus, bukan sekedar layak main atau sudah gak dimainin dia karena bosan. Beberapa adalah boneka yang emang jarang dia mainkan karena saking sayangnya takut rusak. Saya gak komen apapun untuk setiap pilihan mainannya. Saya yakinkan dia bahwa saya setuju untuk setiap pilihan mainannya, sebagus dan sebanyak apapun itu. Adegan pengumpulan mainan itu mengharukan sekali deh..  Nawla memisahkan satu satu mainannya sambil ngobrol ama mainan-mainan itu, "Kamu mau pindah, ke Nias. Di sana ada anak-anak juga. Temenin mereka main yaah.." :') I do agree that a child is an angel as true.


Hingga, tralalaaa....! Kamarnya Nawla jadi lebih legaaa..! Senangnyaaa.. Nawla juga senang.
Dan gak cuma itu, Nawla juga cerita ke temen-temennya (dan dibantu ibunya menglobi ibu-ibu temannya) tentang donasi mainan buku ini. Banyak sekali yang tertarik untuk me-legakan kamarnya ternyata! hahaha... Dan terkumpullah lima kantong besar mainan dan buku juga ada beberapa gaun anak-anak yang lucu-lucu. Tinggal ibunya bingung, begimana ini bawa ke FX?? Waktu itu ada event buka barengnya Female Daily di FX sekalian pengumpulan donasi ini. Maka berangkatlah kami berdua (saya dan Nawla) ngegondol lima kantong gede (mirip sinterklas dan piet item jadinya, haha!) nyari taksi buat ke FX. Lumayan jauh juga tuh nyari2 taksi yang emang jam-nya langka menjelang sore begitu.. Tapi liat Nawla yang semangat, saya yang ngos-ngosan sambil puasa jadi ikut semangat juga. 

Sampe di FX (setelah rada heboh naek dari lobby ke lantai paling atas), Nawla sendiri yang nyodorin kantong-kantong itu ke mba-mba di meja penerima tamu. Dia senyum malu-malu waktu mba-mba itu bilang terima kasih. Pas dapet goodie bagnya Tango, dia girang banget. "Wah, langsung dibales sama Allah ya Bu. Nawla kasih mainan malah dikasih tango banyak banget!" Haha, bisa aja doi!

Sambil acara buka bareng, ada sharing tentang kegiatan  Hand in Hand ini juga bareng Mba Lita dan perwakilan Tango Wafer. Diputerin video anak-anak Nias. Nawla nonton dengan takjub. Saya bilang sama dia, itu temen-temen yang nanti akan terima mainan Nawla dan kawan-kawan dari Jakarta. Nawla cuma senyum tipis sambil terus liat videonya. Mungkin dalam hati dia nyesel, kenapa gak kasih lebih banyak. Hehehe.. 

Ketika selesai, dan kita keluar dari tempat acara, pas lewatin meja penerima tamu, Nawla liat mainan-mainannya masih di situ. Dia samperin, dan dia belai boneka Eko Gede (itu namanya, boneka beruang oranye gede), "Hati-hati ya Eko Gede. Main yang baik yah.." :')

Dan saya pulang dengan hati yang penuh. Its not about how much we give. Its about how much we care. Dari Nawla dan teman-temannya yang menyumbangkan mainan, saya justru belajar banyak tentang arti berbagi yang sebenarnya.

Terima kasih Mommies Daily dan Wafer Tango telah membantu Nawla dan teman-teman mengirim mainan ke teman-teman di Nias, semoga berrmanfaat :)

Wednesday, August 14, 2013

Menulis Novel (part 3)

Part 1-nya bisa dilihat di sini http://duniapipit.blogspot.com/2012/11/menulis-novel.html
dan Part 2-nya bisa dilihat di sono http://duniapipit.blogspot.com/2013/01/menulis-novel-part-2.html
Dan inilah Novel-nya!
Alhamdulillah...!
Seneng. Banget!
Terharu...

Bukan sekedar bahwa novel ini akhirnya (saya beranikan) publish, tapi ternyata saya bisa menyelesaikannya. Tidak ada kelegaan yang begitu melegakan ketika kita sanggup menyelesaikan target dari diri kita sendiri.

Banyak penulis bilang, sebuah karya itu gak ada bedanya dengan seorang anak. Seperti melahirkan seorang bayi. Soo priceless. Bener banget. Terutama karena novel ini begitu personal buat saya.

Novel ini awalnya memang saya niatkan untuk dipublish. Setelah novel ini rampung, sekitar awal Februari lalu,saya langsung masukan ke sebuah penerbit besar. Dan ditolak. Yah, bahasa halusnya sih, belum difollow up (tau kapan deh follow up-nye!). Jujur, saya sempat down. Dan berfikir bahwa saya tidak berbakat nulis novel dan ini bukan jalan hidup yang layak buat saya. Lalu membuat saya frustasi karena menganggap saya perlu mencari jalan hidup yang lain, sementara saya kadung mencintai menulis sebagai pekerjaan. Ya, yaa... cemen banget emang, baru sekali ditolak udah memble. Padahal dalam hati berkali-kali menghibur diri, "Aaah.. JK Rowling juga sempet ditolak kaliii...!" tapi, kecewa tak dapat terobati begitu saja.. Hingga suatu hari, tanpa sengaja, saya iseng ikutan sebuah acara buka bareng. Dan ketemu dengan Ollie (@Salsabeela), foundernya NulisBuku.com. Sebelumnya memang sempat terpikir untuk self publisihing novel ini. Tapi hati terlanjur kecewa.. (taelah!). Dari Ollie-lah saya dapet semangat lagi untuk kembali memperjuangkan novel ini. Olli banyak kasih masukan gimana caranya ngadepin penerbit. Sepanjang acara kita ngobrol panjang (sampe gak ngeh sama talkshow yang lagi berlangsung). Pulang dari sana, saya mikir banyak. Berkali-kali ngelamun, sampe kemudian besok lusanya tiba-tiba saya dapet ide untuk self publishing novel ini lewat NulisBuku.com. Bukan semata agar buku ini publish, bukan! Niat besarrnya adalah, saya ingin ngasih kado spesial untuk saya dan Nawla yang kebetulan ultah di bulan Agustus ini. So many things happened in 30 years of my life, and i think i have to give a little gift to my self. Dan saya tahu, ini akan jadi hadiah yang luar biasa bagi diri saya pribadi. Ini bukan hanya draft yang berubah bentuk menjadi novel beneran, tapi ini adalah.. semacam pembuktian diri, pada diri saya sendiri. Bahwa saya harus melangkah dengan lebih berani. Seistimewa itulah novel ini buat saya. Dan saya berharap, kelak untuk Nawla juga. Kalo teman-teman sempat membaca novel ini (sempetin yak! beli yaak! heuheue.. *mulai promo*), pasti akan ngerti kenapa saya dedikasikan ini buat Nawla.

Well, after all these.. what's next? Yang pasti, saya jauh lebih bersemangat lagi untuk menulis. Novel ini berbarengan dengan buku pertama Nawla yang kami buat bersama. Buku itu bahkan jadi lebih dulu. Akan saya posting di halaman lain soal bukunya Nawla ini. Seru banget deh, kami berdua meluncurkan karya bersama, di hari ulang tahun yang cuma beda sehari. My greatest partner emang, dia itu. Nawla.. She's 5 years old now! How time flies... *hug my baby*

Dan, apa lagi yang bisa saya katakan tentang novel ini?
Well, sesungguhnya menulis novel itu gak susah.. (ciee.. sombong!) Haha! eh, serius.. yang susah itu kalo kita gak percaya diri untuk menyelesaikannya dan gak cukup kuat (hati) menampung inspirasi yang sebetulnya bertebaran kayak kuman disekitar kita. Pengalaman saya menulis novel ini tuh seperti, semua adegan udah didepan mata, kita tinggal menuliskannya aja. Paling mikir dikit soal pemilihan diksi.. selebihnya beneran seperti mindahin apa yang kita lihat di sebuah dimensi (yang entah dimensi apa itu) ke dalam dimensi tulisan. Itu aja. Tapi perjalanannya bisa sangat terjal dan tersendat ketika hati dan pikiran kita gak jernih, beneran deh. saya ngerasa begitu. Penulis-penulis lain, begitu juga gak sih? Makanya di postingan saya sebelumnya saya sempat bilang, nulis novel ini kok rasanya spritual abis ya? bukan karena novelnya spritual,  tapi pengalaman menulisnya.. rada serem sih, tapi seru! hehe.. Dan.. saya gak sabar untuk nulis novel selanjutnya. Adegannya sedang dibangun di kepala saya. Tinggal nunggu semua adegan lengkap, kemudian saya akan mindahin semuanya ke dalam tulisan lagi. Semoga saya punya hati dan pikiran yang cukup jernih untuk semua itu.

Selamat membaca, bila ada yang bisa saya berikan dari novel itu, saya harap itu bisa menjadi kado dari saya untuk teman-teman semua.

:)



Wednesday, July 17, 2013

Puasa dan Cashback!

Mengenalkan konsep puasa dan makna Ramadhan buat Balita itu emang susah-susah seru!
Tahun ini, Nawla (Agustus nanti 5 tahun!) mulai belajar puasa. Emang sih belom bisa lama nahan lapar dan haus. Yaa.. namanya juga belajar. Mulai dari belajar bangun sahur, tapi suseeeh bener bocah satu inii.. emang turunan orang-orang yang dapet rejeki gampang tidur nikmat dan pules! Jadilah, sahurnya lebih sering di jam sarapan. Abis sarapan a.k.a sahur itu, Nawla belajar puasa. Di sekolah emang  disaranin gak usah dibawain bekel. Paling gak, selama sekolah dia puasa, hehe.. Pulang sekolah, udah ngeluh haus dan laper pengen ngemil. Awalnya saya tahan dulu, biar doi belajar nahan... tapi kalo udah pasang  muka pucet pasi badan meriang.. (ooo, jangan sampe begini ya Buibuuu!), saya gak tega juga... yah bolehlah, jam 11 buka puasa skalian makan siang. Abis itu saya minta dia puasa lagi. Tapi nanti menjelang jam 2 ato jam 3, pasti minta ngemil lagi... hehe, ya kadang saya kasih, kadang saya tahan, gimana keadaannya aja sih. Kalo dia lagi asik  main dan saya pede dia kuat, biasanya sih dia kuat juga. Tapi kalo udah sampe manyun, lemes dan gak bergairah, gak tega juga.. Gapapalah, yang penting dia belajar dan tahu bagaimana rasanya lapar banget dan haus banget. Dan ketika saya bahas ini, "Nak, enak gak lapar dan haus sekali itu?" Nawla menggeleng. Lalu saya bilang, "Ada loh, temen-temen yang setiap hari lapar dan haus banget kayak gini. Setiap hari, bukan di bulan puasa aja!". Nawla: "Siapa,Bu? kenapa mereka gak makan?" dan... mengalirlah cerita tentang anak-anak yang  tidak mampu. Ibu-ibu pasti pada jagolah soal cerita begini... ya kan? :)

Naaah, itu untuk bagian 'Nahan lapar-haus'. Ada bagian lain soal puasa yang juga pengen banget saya ajarin ke Nawla. selain saya juga masih belajar terus untuk mengamalkannya. ini soal 'menahan nafsu'. konsep yang rumit gak sih kalo dijelasin ke balita? nafsu itu apah? pasti nanya begitu. Bisa keriting mulut ama otak buat ngeladenin pertanyaan lanjutannya. Cara paling praktis yang coba saya terapkan ke Nawla adalah: Nahan jajan. Tapi sebelum itu, saya coba jelaskan sebuah konsep sederhana: bahwa bulan Ramadhan ini adalah waktu yang sangat istimewa. Semua perbuatan baik akan dihitung sama Allah, dan akan dapat hadiah yang luar biasa dari Allah. Nah, perbuatan  baik apa aja? saya bilang, semuanya! bukan hanya baik sama teman, ibu, papa, sodara, kakek, nenek ato siapapun, tapi baik juga pada badan Nawla. Di bulan ramadhan kita harus kasih yang baik-baik, untuk orang lain dan untuk diri sendiri. Untuk diri sendiri artinya, kita harus makan makanan yang baik, biar badan kita sehat. Lalu Nawla sempet tanya,

N: kenapa kita harus lapar dan haus? katanya kita harus baik sama badan?
*siap-siap modul pengobatan naturopati, hehe..*
Ibu : Kan biar badan kita istirahat, cape dong dari dulu perutnya ngolah makanan terus..
N: Tapi perut bunyi-bunyi, berarti dia laper.. berarti minta makan!
Ibu : Suara perut yang lagi istirahat emang begitu... (ganti modul, cari buku dongeng!)
Dan... percakapan panjang berlangsung, sampe Nawla lupa kalo dia lapar. Capek sih ya Bu.. ngeladenin bocah begini, mana kita kan puasa juga.. tapi Insya Allah pahalanya dobel! amiin!

Dan, saya juga sedang mencoba sebuah teknik lain memaknai puasa dengan metode CASHBACK!
Jadi gini, ini penjelasana saya ke Nawla:

"Jadi di bulan yang istimewa banget ini, Nawla harus berusaha gak marah-marah, gak jajan yang gak sehat, gak merengek-rengek, gak minta beli-beli yang gak penting. Nah, tiap Nawla ingin jajan ato beli barang yang kurang penting, Nawla harus tahan dulu, nanti uangnya ibu kasih ke dompet merah Nawla. Jadi semakin Nawla bisa menahan jajan, semakin banyak tabungan infaqnya di dompet, semakin besar yang bisa Nawla kasih ke temen-temen yang kurang mampu..."

Kurang lebih begitulah saya bicara, pastinya lebih panjang lebar dan berbusa daripada separagraf ini.

Dompet merah kecil adalah dompet yang Nawla pakai  untuk nyimpen uang infaq.

Nawla justru merespon positif ide ini. Yang ada doi semangat banget minta jajan ini itu, tunjuk barang ini itu, dengan sadar bahwa semua tidak akan dibeli, tapi dia akan terima uang dari saya, cash! langsung masuk ke dompet merahnya!
Tapiii... bikin dompet emaknya kempes drastis...! Ya sudahlah, masa ngajarin infaq ke anak, emaknya itungan juga.. >_<  pppfff! Tapi yaiyalah ada ngitungnya juga, soalnya pernah, Nawla dengan tega menunjuk skuter yang harganya hampir sejuta! yang emang dia pengen dari lama sih. Tapi dasar iman emaknya belum nyampe demi ngeluarin cash sejuta buat disodorin ke anak balita... yah, dengan berat hati saya harus arahnya dia untuk barang-barang yang lebih rasional, buat kantong emaknya, hehehe...

Yaaah... begitulah. Pokoknya bikin Ramadhan yang seru! Selain saya lebih sering ajak dia nongkrong di masjid. Dari bada ashar sampe bada taraweh kita lebih sering di masjid. Iyalah, ber-AC, ber-Wifi kenceng dan berlimpah ta'jil! Hehehe...

Pasti ada banyak cara bikin Ramadhan terasa lebih istimewa untuk anak-anak kita. Yang terpenting, kita, orang tuanya juga harus menganggap bulan ini bu
lan istimewa dong yaa... alias kudu lebih semangat untuk memperbaiki diri. Pasti anak juga ikutan semangat, Insya Allah.. Amin!

Bulan ini memang spesial! bagaimanapun cara kita memaknainya.
Selamat menjadi manusia-manusia istimewa di bulan Ramadhan!

:)

Monday, July 15, 2013

RAMADHAN!

Soooo... how's ur Ramadhan going??
Sejauh ini, masih istiqomahkah ibadahnya? Semogaaaa... *ngomong ama cermin*

Jujur aja, Ramadhan ini agak beda. Ini  adalah ramadhan 2013. Yang sebelumnya Ramadhan 2012. #kriuk #huek

Heueheu, maap.

Yaah, selain ini adalah Ramadhan pertama semenjak saya ikut sekte #foodcombining, ini juga Ramadhan dengan target yang lebih banyak dari sebelumnya. Target do'a maksudnya, hehe..
Iyaa... sooooooo many things yang pengen saya mohon sama Allah di bulan ini, mumpung ramadhan, katanya Allah buka pintu doa jauh lebih lebar dari biasanya. Dan target untuk lulus sebagai pribadi yang lebih baik setelah ramadhan rasanya bener-bener kerasa sekarang. Yap, saya pengen terlahir baru menjadi manusia yang jauuuh lebih baik. Semoga Allah ridhoi.. Amin.

Dan, #foodcombining yang telah saya lakoni beberapa bulan ini, dan kemudian saya aplikasikan di bulan puasa, tenyata punya dampak yang cukup serius. bukan hanya secara fisik, tapi juga secara mental dan spiritual. Untuk lebih jelasnya soal foodcombining ramadhan, bisa digoogling yah :).

#foodcombining itu gak ribet. serius deh. Saya cocok banget dengan metode ini karena gak ribet! makanan sehat itu gak ribet looh! Salah satu faktor yang menentukan makanan sehat adalah, kesegaran. Semakin seger makanan lo, semakin sehat. Semakin dikit proses pemasakan, maka semakin sehat. Itu hipotesa saya. Jadi, gak ribet masak! hehe.. Btw, saya sebenernya lebih dulu menganut konsep #MalasPangkalSehat :))

Jadi, sesuai juklak #foodcombining, saya sahur hanya  buah dan air (kecuali moment-moment terdesak semacam: sahur depan nyokap--Gak brani debat soal makan subuh2 buta). Loyo? Alhamdulillah, engga. Seger-seger aja. Trus buka? air dan buah dulu. baru abis tarawih makan malem. Dengan menu yang seadanya aja, karena emang perut udah cukup kenyang dengan buah, jadi gak napsu-napsu amat hunting masakan padang plus kolak plus martabak plus bubur kacang ijo plus duren, dsb... (misalnye!).  Menu dengan tempe goreng, lalap, udah cukup. abis itu, kenyang.. santai, tidur. Sahur bangun, tinggal ngupas buah. begitu seterusnya. Gak ribet kan??

Ke-tidak ribet-an ini bener-bener membentuk cara pandang yang baru buat saya. Inilah Ramadhan itu; kesederhanaan. Puasa itu bukan sekedar lapar dan haus (kalo kalimat begini udah sering denger dari beratus2 taon yg lalu kali yaa..?). Tapi beneran deh, saya baru bener-bener ngrasainnya sekarang. Mungkin saya doang kali ya?? saking dodolnya beribadah, hahah... gpp dong. Dengan pola makan ini, urusan makan jadi gak ribet buat saya. Gak perlu saya mikir lagi nanti pengen buka pake apa yaa..? selama punya buah (apapun), saya tenang. Untuk makan besar, selama ada nasi ama sayur, cukup. Saya jadi bisa menyibukkan diri dengan banyak hal lain yang lebih bener, hehe.. ngurus TPQ, ngaji, nambah hapalan, mikir kegiatan brg anak yatim, nulis, beresin kerjaan, dll..

Beda ama dulu... kayaknya urusan menu buka bisa setengah hari sendiri mikirnya! gak produktif banget kan jadinya. Pake bonus gak sehat pulak! Sekarang mah, santai... Yang penting Insya Allah tetep sehat.

Pun buat Nawla. Nawla sudah belajar (tentang) puasa. Emang sih belum bisa puasa full sampe magrib. Tapi menurut saya belajar soal esensi puasa jauh lebih penting. Soal "melawan hawa nafsu" itu looh... Puasa yang saya ajarkan buat Nawla, selain bisa nahan lapar dan haus, juga bisa nahan emosi buruk. gampangnya, bulan ini Nawla belajar untuk nahan makanan minuman yang gak sehat (ini baru belajar soalnye yaa), nahan marah-marah, banyakin sedekah, belajar solat yang baik, ngaji yang baik dan doa yang banyak. Jujur, saya sih (maaf) agak kurang setuju dengan cara belajar puasa pada balita yang mengharuskan dia nahan lapar sampe magrib, trus kalo dia sukses, pas magrib buka puasa boleh minta makanan apa aja.. boleh es krim, KFC, pizaa, cokelat, dsb. Yah, reward boleh, tapi kan ini dalam rangka ramadhan, moment ini terlalu penting dan berharga untuk skedar me-reward anak dengan yang seperti itu. Kalo saya bilang sama Nawla, (meski ini jelasinnya bisa berbusa dan diulang tiap hari) Kalo nawla bisa menahan diri (dari makanan 'gak sehat' yang dia minta, dari marah-marahnya) Allah yang akan kasih hadiah buat Nawla. Dia selalu tanya apa hadiahnya, dan saya selalu bilang, Allah gak kasih tau Ibu, itu hadiah yang sangat istimewa, cuma Allah yang mau kasih tahu ke Nawla nanti. Dan setiap malam sebelum tidur saya selalu tanya, Nawla senang hari ini? kalo dia jawab ya, saya bilang, itu hadiah Allah buat Nawla hari ini, dan hadiah dari ibu, sebelum tidur Nawla boleh minta ibu untuk bacain buku yang manapun, berapapun, ato minta ibu cerita apapun, sampai nawla ngantuk. And it works. Dia percaya pada Allah yang Maha Baik. Dan dia sepertinya mulai mengerti betapa ramadhan ini istimewa. Bukan sekedar bulan di mana dia harus nahan lapar dan haus seharian.

Saya sendiri, punya masa kecil yang indah di bulan ramadhan. Tapi sekaligus  ribet. Dulu, ramadhan disibukkan oleh: buru-buru tidur abis sahur, biar gak ngantuk sekolah (kadang subuh malah bablas),pulang sekolah sibuk rikues macem-macem buat buka. Menjelang buka kalo ada pesantren kilat ikutan, tapi lebih banyak buat ngecengin ustadznya! (serius, waktu SMA saya pernah 10 hari  pesantren kilat gara-gara Dokter Yana namanya, udah  dokter, ustadz, ganteng, lajang pula!), abis buka kekenyakan dan sibuk nyiapin bekel buat di tempat tarawih, pas tarawih sibuk ngisi buku tugas ramadhan dr sekolah, abis tarawih tadarusan tapi karena ngincer konsumsinya yang makyus2! menjelang lebaran sibuk belanja! ribet banget kaaan?? Seru sih, tapi esensi ibadahnya malah gak dapet... bahkan secara fisik, asupan makanannya juga gizinya berantakan.

Saya ingin coba perbaiki itu, dan mengenalkan Ramadhan yang lebih baikuntuk Nawla. Seusai Ramadhan kita harus lahir menjadi orang yang tidak hanya sehat secara rohani,  tapi juga jasmani. Makanye, sayanya dulu nih kudu bisa menjalani Ramadhan yang bener! Yaaah... kalo sekedar nahan laper haus pas siang sih cingcailah yah, puasa bareng ratusan juta umat di negara ini mah kagak susah! yang susah kan nahan nafsu waktu buka... mulut ama perut, sering gak sama! mulutnya nafsu ama apa aja yang enak-anak, taunya perut tersiksa... Nah, ini saatnya kita belajar hidup lebih selaras, jiwa dan raga,  juga mulut dan perut! Biar puasa lebih berasa! biar kalo abis ramadhan kita terbiasa hidup sehat, terbiasa ibadah getol, terbiasa ngatur emosi, dan kebiasaan baik lainnya. Ramadhan adalah bulan tempat kita belajar jadi manusia yang sebenernya; yang sederhana, yang lebih alami, yang saling menghargai, yang menebar kebaikan dan yang mencintai Allah lebih dari sebelumnya.

Semoga  ini menjadi Ramadhan terbaik diantara Ramadhan yang pernah kita lalui. Amiin...

:)


Tuesday, July 2, 2013

Friday Reading Club


 


Awalnya, karena Nawla (sekarang 4,5thn) suka sekali dibacain buku, terus sebagai ibu yang penuh kasih sayang dan juga agak addict ama buku, maka sering-seringlah membelikan Nawla buku cerita anak-anak, baik bekas maupun baru (buku bekas juga masih yahud banget loh, bisa hunting ke Senen ato Plaza Festival, ato pas Bookfair. Buku impor harga nungging banget! kalap deh kalo nemu yang beginian..). Maka, bertumpuklah bebuku (??) anak di rumah. Lalu kalo temen-temennya Nawla main, mereka suka ikut baca-baca dan minta dibacain. Nah, itulah awalnya… lalu acara buku jadi rutin. Karena temennya tambah banyak, maka harus keluar dari “rumah” yang serupa sarang mungil nan imut (namanya juga rusunami..:p) ke pelataran lobby tower yang lebih luas, kadang di taman. Dan makin bertambahlah membernya, hehe.. Jadi berasa kayak ketua sekte apa gitu, saban jumat siang ngumpulin anak-anak kecil dan bacain buku buat mereka, hehehe… Serruuuuu!

Yang pasti, bahagia banget, Nawla tambah temen. Juga bahagia banget, liat para balita itu demen banget ama buku. Gak kerasa hampir setahun berlalu. Tiap jumat, kini jadwal anak-anak di komplek apartemen ini makin padat. berawal dari reading club, kita juga bikin cooking club, terus drawing club. Fullbook till sunset! hehehe…

Awalnya sempat dikira ini adalah kegiatan les baca gratis buat anak-anak balita. Secara karena kita gayanya cuek selonjoran di mana aja, duduk melingker dan baca buku!. Tapi saya tegaskan, bahwa ini sama sekali bukan ajang BELAJAR MEMBACA. Tapi ini adalah kegiatan bersenang-senang bersama buku. Yah..kalo boleh diembel-embeli sejenis “visi”, saya sih cuma pengen anak-anak balita ini tumbuh minat bacanya, ketiban harus dibebani bisa baca, karena tuntutan jaman.. ah! Buat saya minat baca itu lebih penting. Saya sih tipe emak yang percaya kalo anak-anak pasti bisa (baca, nulis, apapun) pada waktunya. Nah, ketika itu terjadi, ketika mereka bisa baca, tapi gak punya minat baca, terus mo apa? apa guna setumpuk buku-buku dan segambreng pelajaran di depannya nanti?

Alhamdulillah, sejak ikutan reading club ini, ada beberapa temen Nawla yang jadi lebih ngerengek di toko buku.. hahaha! Tinggal para emaknya aja yang sewot pada saya. Ya gapapa kali Buibuu… sayang anak, demi masa depan cerah gemilang! Masa bliin rok tutu ratusan rebu mau, bliin buku yang cuma belasan rebu mikir.. heuheuheu… *siap2 kabur*

Serukah bacain buku pada para Balita?
*UHUK!*
Sejuta kali lebih dari seru!
Jadi gini… (siap-siap, ini cerita yang panjang!) Itu semua anak kan masing-masing bawa buku. Misal ada 10 sampe 12 anak. Bawa bukunya gak satu, bisa 2 ato 3. Ditumpuklah semua buku itu ama saya. Trus mereka pilih masing-masing satu. Selesai? hoho.. ini mulaipun belum. Belom tentu mereka mau megang 1 buku, ada yang pengen 2! (Ini saya serius mikir apa jadinya mulut ini kalo bacain 12×2 buku berturut-turut pake suara paling tinggi?). Perlu keahlian terlatih memang untuk membujuk para balita itu memilih hanya SATU buku. Abis itu? oh, belum reda! Ada yang.. rebutan! hayolo! Maka keluarlah jurus “batu-gunting-kertas”, yang menang boleh dapetin bukunya. (Ini scene “batu-gunting-kertas” bisa satu episode sendiri nih!) pernah karena keasikan suit kyk gini, mereka malah lupa mo pada dibacain buku, yang ada malah pada main kejar-kejaran ato petak umpet! *bengong* Ajaib banget deh para balita iniiih!
Setelah kondisi berhasil ditangani, dan ketenangan terjadi. Maka dimulailah lakon yang sesungguhnya; bacain buku. Apakah para balita itu akan duduk tenang mendengarkan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya? ooh, tentu saja tidak, pemirsa! Baru aja baca judul… “Sarah’s Pet”.. tiba2, “Ibuuu, aku juga punya temen namanya sarah!” “Ibuu… Aku juga punya Pet, nih! (nunjukin topinya) *itu HAT, Darliiing!!* “Ibuu…kenapa sarahnya pet?? (ini absurd bgt!)” daaaan segunung pertanyaan lainnya… nyamber semua!

Dan itu terjadi pada halaman demi halaman bukunya… lalu dikali beberapa buku. Kebayangkah?? Maka di ujung pertunjukkan, akan terlihat seorang ibu kecil mungil yang lunglai keabisan suara, di tengah anak-anak kecil yang masih berenergi penuh mengungkapkan ribuan pertanyaan ajaib.
Begitulah. Sejuta kali lebih dari seru.

Moment yang selalu membuat ketakjuban saya kian bertambah, bahwa betapa berharganya anak-anak itu. Kepolosannya, imajinasinya, semua yang ada di kepala dan hatinya. Rasanya seperti ada di wonderland. Para balita itu, ajaib sekali. Rasanya saya bisa percaya rumor itu, bahwa anak-anak yang masih polos adalah para pendekar pemegang rahasia alam semesta. Bahwa sesungguhnya merekalah para jenius alami itu.
Dari satu buku, banyaaak sekali hal yang kemudian tergali. Saya membacakan buku tentang Lebah, maka kami akan membicarakan tidak saja soal madu  manis yang ajaib, tapi melanglang ke…bisakah lebah bersarang di Bulan? sehingga Bulan bisa meneteskan madu dan Bintang-bintang jadi manis?
Mulut yang berbusa ini gak terasa capek sama sekali, karena gak berhenti senyum dan ketawa. Pada akhirnya, sayalah, si petugas pembaca ini, yang belajar. Belajar dari para balita yang ajaib itu.
Dan ketika semua usai, buku-buku kembali dibagikan pada masing-masing. Ada yang saling bertukar meminjam, ada yang mencoba membaca sendiri, ada yang menyalin gambar-gambarnya, ada juga yang mencoba menyalin kata-katanya di buku gambar. Nawla, adalah salah satu yang pernah membuat gambar dan menulis, dan bilang bahwa suatu hari ia ingin menulis buku. Lalu teman-teman lainnya meneriakkan keinginan yang sama.

Hari itu, hari saat buku-buku mereka terbit, pasti akan menjadi hari yang paling luar biasa untuk Ibu Pipit, si petugas baca buku kalian ini, Nak… :’)

Friday, June 28, 2013

Dream Office

Buat temen-temen yang ngantor nih... dan para working mom yang tangguh.
How's ur work today? hehehe... still in charge on good mood gak nih?
Cuma pengen berbagi, tentang beberapa pengalaman teman-teman yang bekerja, terutama di ibu kota. Soal, apakah ini pekerjaan yang  kita mimpikan??

Waktu kita sekolah, sampe kuliah, sbelum nyebur ke dunia kerja, pasti punyalah mimpi nanti pengen kerja di mana, kantor yang kayak apa dengan Bos yang seperti apa. Sebagian dari kita akan mencatat mimpinya dengan baik dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai semua itu. Sebagian  lagi, yang mimpi dan bayangan soal kerja belom kebentuk sempurna, mungkin akan cari-cari kerjaan yang (katanya) keren menurut kebanyakan orang. Pun dengan teman-teman yang milih wirausaha, pastilah punya mimpi kelak usahanya maju dan bisa punya markas bisnis yang yahud.

Ini soal Kantor, kawan. Soal tempat di mana kita bakal ngabisin waktu dari pagi sampe malem (banget kali), senin sampe jumat. Its almost our whole life. Untuk lokasi yang menyerap waktu hidup kita demikian besar, mestinya kita juga kudu serius memilihnya bukan? kayaknya ada yang tereak tuh, hari gene MILIH tempat kerja??? di jaman susah dapet kerjaan mo nyari tempat kerja ideal? nyebur aja ke waduk pluit.
The Fab Google Workplace


Iyaaa seeeh.... kayaknya naif banget ya mo nentuin tempat kerja. Tapi gapapa ah, kita  berhak kok! Tapiii.. yaiyalah ada tapinya! kita juga kudu layak secara kualitas diri untuk masuk ke kantor yang kita suka. Mungkin perjalanannya bakal terjal, namanya juga hidup, masih muda emang kudu terjal, jungkir balik, melayang, menyungsep... *tepar*

Di awal kerja, ketika kantor impian belom terjamah, ada kantor-kantor yang kita jadikan batu loncatan. Eehh.. ternyata tuh batu loncatan enak juga, bikin betah... akhirnya lamaaalah di situ, dan akhirnya menetap dan memproklamirkan diri untuk mengabdi sampe pensiun! kecuali yang emang milih jadi PNS yah, kalo untuk jenis itu, sekali milih, seumur hidup lo harus nanggung pilihan itu (hampir samalah kayak milih nikah). Nah, balik ke batu loncatan. yah, kalo emang disitu cucok dan asoy, yasud, nikmatilah hidup lo dengan rutinasnya yang ditawarkan di situ. Selamat deh, hidup lo tinggal nunggu dapet pasangan, anak lahir, anak sekolah, lulus, dapet mantu, dapet cucu, trus... pulang ke akherat. Sounds bored? belum tentu, buat sebagian orang, hidup ya emang harusnya begitu. Lempeng aja, ngapain jungkir balik mulu..

Nah, ada juga yang jadiin batu loncatan bener-bener batu loncatan. kalo perlu loncatnya kayak kodok nyebrangin danau, tuk, tuk, tuk... byur!!! 3 bulan di kantor inih, 3 bulan di kantor ituh, 3 bulan di prusahaan sini, 3 bulan di sono, dalam setaon bisa dapet 4 kantor! buat bikin CV sih oke banget! kesannya pengalamannya ajib bener.. pdhl cuma per-3 bulan. Hati-hati juga, bisa dikira gak becus kerja, tiap 3 bulan pindah.

Lalu setelah loncat berkali-kali... atas segala usaha yang luar biasa, akhirnya nasib memberikan keberuntungannya bertandang ke kantor impian. Sampailah kita di sana. Gimana rasanya? megang ID card kantor baru berasa  megang  medali emas di atas podium olimpiade kali ya? bangga banget! bahagiaa banget! Lalu hidup lo selesai? Ya enggalaaaah! Itu baru awal, kita kudu ngadepin yang sebenar-benarnya pekerjaan di depan nanti! Buat yang ngejar pekerjaannya sebagai kerjaan impian,maka beruntunglah, di kantor impian lo bakal dapet semua yang lo pengen dan bisa bekerja dengan penuh passion! buat yang sekedar pengen nampang  punya kantor alias gedung yang bo-na-fiiit, ya siap-siap untuk kerja keras, kalo gak, lo bisa ditendang dengan gampang dari gedung kesayangan lo.

Buat yang akhirnya mendapatkan pekerjaan impian di kator impian dengan bos impian juga rekan kerja impian... Selamat. Tapi bukan berarti juga sisa hidup lo selanjutnya adalah surga dunia. Namanya juga hidup, kalo belom mati, belom selesai nih permainan! hehe.. U guys, seberapa jauh lo bisa me-manage passion lo? sama juga kali ama iman, ada turun naiknya. Trutama ketika ada hal-hal yang ternyata oh ternyata gak sesuai ama yang lo bayangkan selama ini! misal... ini adalah kantor impian lo dengan segala fasilitas yang lo dambakan, tapi ternyata lo alergi ama pengharum ruangannya?!! ooh nooo! :( Atau.. selama ini lo pikir seseorang hebat yang kini jadi Bos lo itu emang  jagoan kelas kakap dibidangnya, tapi ternyata kalo ngasih kerjaan gak pernah ngitung, sampe dini hari lo masih aja di-push! nah lo! Atau juga nih... lo pikir bakal sekantor ama orang-orang asyik yang keren-keren tapi ternyata kalo urusan kerjaan mereka gak asik banget... pyuuh! bisa banget kan begitu? Lalu, lo bakal kecewa? bakal mundur? ENGGA lah yaaa...janganlah... Just stay there and have  fun! And believe, that u are the most luckiest people in the world who got ur dream office. Dan sekarang saatnya membuktikan diri bahwa kita layak untuk impian kita sendiri. Ah, jadi inget kat-kata  di buku Sang Pemimpi (Andrea Hirata, i love him!), seberapa pantas kita untuk mimpi kita? kelayakan kita juga diukur dari seberapa besar kelapangan hati menerima semua yang ada di tempat impian kita, termasuk bila ternyat mimpi itu tak seindah yang kita bayangkan.

Di dunia fana ini, seringkali bayangan lebih indah  dari pada kenyataan, kawan. Keindahan yang melebihi bayangan manusia tercerdas manapun mungkin cuma di syurga yang sebenernya di akherat sono.

Yah, bermimpilah, lalu berusahalah meraihnya, lalu terimalah  dengan lapang dada... bila bosan? ya mimpi yang lebih tinggi lagi... tapi hati-hati, mimpi tuh buat sesuatu yang lebih baik, ukurannya ke atas, jangan melipir ke samping, jadi nyoba yang aneh-aneh gak berguna.. (tar deh kita bahas soal BOSAN! yiuuuk marii...!)

Ciao dulu yak! ;)


Tuesday, June 25, 2013

Roller Coaster

Sampe umur segini, jujur, saya belom pernah naik roller coaster.Ngeliatin sih pernah. Pas di bawahnya. waktu di Dufan. Entah kenapa, gak ngerasa tertarik sedikitpun naik untuk nyoba. Tapi seru banget liat orang-orangnya yang tereak-tereak kenceng waktu kreta itu berputar putir turun naek mompa jantung. Some people seemed enjoyed, some looked faced the death eater.  

www.newyorknewyork.com
But, someone said... Life is a roller coaster.
I did agree.

Ada masa ketika lo di atas tapi lo ketakutan. Ada masa lo di bawah, tapi lo ngerasa tenang. Ada rasa bosan ketika melambat, ada rasa deg-degan ketika terasa lebih  cepat. All the feelings full the experience. 

Tapi membayangkan bahwa seumur hidup lo selalu di atas roller coaster... rasanya agak menakutkan, sekaligus (pasti) melelahkan.

Dan pernahkan ngebayangin bahwa gak cuma hidup lo yang berupa roller coaster, tapi juga hati lo. Hati. tempat segala perasaan terbentuk. Jiwa raga lo  bisa mengontrol hati, kalo lo bisa. tapi seringnya sih, hati sendiri malah susah dikontrol. Dan ketika hati lo merubah bentuk jadi roller coaster terbesar sejagat... nothing compare to feel the pain. Sooo painfully. Capek.

Satu-satunya hal yang paling lo pengen pasti, turun dari roller coaster itu dan nafas dengan benar. Sama seperti rasanya  sekarat kali ya?

Serius deh, 
Saya gak pernah tertarik untuk naik roller coaster. Apalgi kalo harus ngadepin hidup kayak roller coaster. Apalgi juga, kalo harus ngalamin punya hati yang menjelma jadi roller coaster. Gak deh.. 

Cemen?
Mungkin.
Tapi saya lebih suka meganggap hidup ini seperti Dufan-nya. Kita bisa naik roller coaster, ato kincir raksasa, ato  masuk rumah boneka, ato naek gajah beleduk, ato sekedar duduk di taman liatin anak-anak  kecil, ato bahkan jadi badut Dufan-nya. Hidup, jauh lebih komplek dari sekedar roller coaster.

That's it.

To u, who have made my heart be a suck roller coaster...  enaugh! I stop. Dont ever try me, anymore.

Saya lebih suka,
Life is like a box of chocolates :)
*yummm!*







Wednesday, June 19, 2013

its (always) hard to be perfect

Siapa sih yang gak mau jadi SEM-PUR-NA?
Mau dooong! Palagi kalo pake dinyanyiin... "Kau begitu sempurnaaa.." halah!

Tapi cape gak sih boo.. berusaha untuk jadi sempurna?
eniwey, sebenernya sempurna itu kayak apa ya?
Tiap orang mungkin beda. Coba saya share SEMPURNA menurut seorang Fitriah Dwiastuti :
menurut gueee...  SEMPURNA itu adalah (ini dalam konteks perempuan yak, kan gue pereu bo!) :
1. bisa jadi perempuan ideal (cantik, mulus, enak diliat, enak didenger, menyenangkan setiap detik) sehingga suami senaaaang!
2. bisa jadi ibu yang hebring (jago ngedidik anak jadi sholeh dan cerdas, mengembangkan bakat anak, kawan yang menyenangkan buat anak, ngurusin anak sehat lahir batin, selalu ada buat anak dan suami)
3. jago ngurus suami (nyiapin semua kebutuhannya tanpa lupa, ngurusin semua yang gak sempet diurus suami, pokoknya suami tinggal berangkat kerja dengan tenang dan pulang kerja dengan senang!)
4. jago masak! (bikin masakan super enak tapi tetep sehat!)
5. Jago ngurus rumah (rumah selalu rapi, expert banget dalam urusan bersih-bersih segala rupa)
6. Ahli keuangan (all in dah! jago berhemat, jago investasi, jago akuntansi!)
7. punya karir cemerlang (Naaah! semua kesempurnaan itu juga terjadi di kantor dong yaa... sehingga bisa punya jabatan keren plus pendapatan yang ajib! Bisa kontribusi besar dalam hitung2an dana rumah tangga)

hmm... apalagi ya?
oh iyaaa.... SHOLEHAH! rajin ibadah, rajin sedekah, gak pernah lupa doain anak dan suami.

Yah, paling gak segitulah pencapaian yang hars dimiliki seorang perempuan, menurut saya. Too much? gak tau juga.. too hard? sepertinya...

Tapi coba tanya pada semua lelaki, is that all u want, guys? sebagian besar kayaknya bakal jawab iya.

Sadar ato gak sadar, saya rasa (ini subjektif sebenernya), semua perempuan, terutama yang udah jadi istri danibu pasti berharap se-sempurna itu. harapan yang  seringkali (sadar ato gak sadar ini yaa..) disebabkan oleh tuntutan dari kaum lelaki. sebagai contoh aja nih ya.. kalo suami selingkuh, apa yang pertama kali terbersit di benak para istri? marah? iyalah. trus pasti terbersit, "gue kurang apa??" ato "Kayak apa sih perempuan itu?" We, the woman, do a compare, and then trying to be MORE than others...

Ato... sering gak sih denger, "Dandan dong Jeng, biar suami gak lirik-lirik yanglain!", ato "pake cream ini deh, yey pasti  gak akan keriput! suami sekarang mana bisa liat keriput!" ato "Masak yang enak dong biar suami betah!" ato "Urus anak yang bener, tar suami nyariin ibu yang lain loh buat anak lo!" ato "punya istri kaya, siapa sih yang nolak??"

serem gak sih, para istri?

Lalu para istri pun dirundung kekhawatiran akan sebuah ancaman: jadilah istri dan ibu yang sempurna, kalo gak suami lo bakal cari istri yang lain!

Fyuuuh....!

Udah usaha jadi sempurna (paling gak untuk ukuran yang saya tulis di atas) aja susehnya setengah matee, ditambah ancaman kayak begitu. Stresslah ya...!

Tapi nih, ya Jeng... kalau kata saya, semenakutkan apapun ancaman itu, just please... cobalah untuk gak terpengaruh! selingkuhnya suami dan kesempurnaan seorang istri itu sebenarnya tidak ada hubungannya! (menurut penelitian pribadi untuk beberapa kasus, tapi silakan dibuktikan dalam penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih representatif, dan buktikan bahwa hipotesa saya nyata!). Para lelaki itu emang terlahir punya rasa bosan yang lebih akut dari perempuan. Jadi, mo se-sempurna apapun kita sebagai istri dan ibu, kalo kita gak punya kemampuan berganti-ganti casing kayak henpon, misalnya sekarang bodynya kayak J-Lo bsk kyk Jupe, besoknya jd semanis bintang korea, besoknya jadi se-seksi beyonce... Kita gak akan bisa  deh menjamin laki kite gak akan selingkuh... doi kan manusia dewasa juga, walopun they are just a kid in a huge  body, hehehe... Jadi kita GAK akan bisa mengendalikan para suami seutuhnya, dengan device apapun.

YAh, balik lagi ke soal SEMPURNA. mencoba sempurna itu gak salah kok. Tapi kalo sampe kita berusaha sempurna PLUS merasa terancam bila gak sempurna kita akan kehilangan sesuatu, jangan deh. cuma nguras energi! yang  ada kite stress sendiri. Berusahalah jadi sempurna karena kita emang punya fitrah untuk menjadi lebih baik di setiap hari. pake ukuran yang gampang aja, bahwa hari ini harus lebih baik dari hari esok. gak perlu di banyak hal, cukup di beberapa hal aja. fokus pada perbaikan  diri karena kita ingin hidup yang lebih baik, bukan karena kita takut gak diterima oleh orang lain. Dan selalu belajar untuk menghargai diri sendiri, karena dengan itu orang lain bisa menghargai kita. Gampang? ya enggalah! nulisnya sih gampaaaang!

Soal suami selingkuh sih... itu soal laen lagi! Tar kita bahas khusus, soalnya nih kalo yang begini, kite gak bisa urus sendirian! soal jagain suami itu kita butuh sesuatu yang super! most of us call it: GOD.

ciao! eyke mo urus anak dulu...
hope ur day better, para teman-teman cantik! believe that u are beautiful, smart dan charming! so, dont stop triying  to be perfect! u can be! doing better is the way to. Semaaaanggggg...at!


Tuesday, June 18, 2013

sayang anak... sayang anak...

Lagi males curhat ah!
sekali-kali bo' ya ngisi blog pake yang seru kayak blog orang.. jangan galau mulu..! *ngomong ama kaca*

Baeklah. mari nulis yang baik-baik dan bermanfaat.
Apa ya? *doengg!*

iih, belom pernah cerita soal kegiatan eyke yang seru seru nih..! padalah judul Blognya aja udah "bertualang" tapi isinya galau mulu yak? hahahaha! maappp... namanya juga puber. *eh?!

Biar emak galau begini, kalo soal sayang anak mah jangan ditanya. Insya Allah, tulus lahir batin sayang ama anak dan selalu pengen yang terbaik buat anak! suer! (ya iya kalee... semua emak begitu, Pipit!)

Mangkanye, sempat parno bin watir waktu pindah ke komplek apartemen macam tempat tinggal saya sekarang ini. Serem ya bo.. mo jadi apa anak gue, punya mall di bawah rumah?? belom lagi tetangga yang kagak pernah negor. Bisa dipertanyakan tuh keshahihan hadist rasul soal memuliakan tetangga. Mo jawab ape nanti kalo anak gue nanya soal tuh hadist. Tapi, dari mana juga dia bisa dapet itu hadist? mana ada tempat ngaji di komplek beginian??

itu baru soal hadist, eh sosial maksudnya. belom soal kesehatan! lu kate tinggal di petak 30m persegi, dengan jendela satu biji dan balkon segede upil (upil jin kali ya?), bisa segar jiwa raga saban pagi? ongkek iya. Udah sistem sisrkulasi udara seadanya, udara yang diisep juga belom tentu bagus. Ini Jakarta, sodara-sodara! eungap! ceuk urang sunda mah.

Ditengah keparnoan yang melanda dengan dasyat, ternyata insting emak-emak saya bekerja dengan cepat. Satu hal yang kepikir waktu itu, kalo lingkungannya emang begini, berarti gue harus nge-ubahnya (bukan ngerubah kan ya?), minimal nyiptain sesuatu yang bisa jadi 'tempat maen yang kondusif' buat anak gue. Baiklah, maka saya bersama beberapa ibu dengan insting dan keparnoan yang sama, kami membangun tempat ngaji anak-anak! Wuuush! Bim Salabiim! eits, gak usah dibayangin kita beli satu tower, trus kita pasang neon box gede bertuliskan "Tempat pengajian anak-anak. Mo jadi anak sholeh? ngaji di mari!" Gak gitu lah yah... kita gak setajir ituu.. 

Yang terjadi adalah, kita duduk melingker lesehan, di atas sajadah masjid yang sepi, nun jauh di basement deket parkiran mobil. disitulah kita ngaji. bareng para balita. baca iqra.

Yeah, itulah kenangan masa lalu.. (taelah!), sekitar lebih dari setahun yang lalu. Sekarang, saban sore masjid di komplek apertemennan hedon ini, meski masih teteup di basement, selalu rame oleh anak-anak. lebih dari 50 anak ngaji tiap sore. Masjid juga udah dipasangin AC dan wifi (ihiy!), dan makin banyak jamaahnya. Jadi makin hidup. Jadi berasa punya masjid. Dan yang paling penting, anak-anak komplek ini kenal ama masjid. meski teteuuup! namanya anak-anak, lari-lari jumpalitan di masjid... -___-" 

Gak cuma jadi tempat  ngaji anak-anak. Tapi kita juga eksis jadi tempat ngumpul ibu-ibu, dan gak mau kalah, ibu-ibu juga ngaji deh. Trus waktu romadhan kemaren kita bikin kegiatan banyak, keliling komplek apartemen, bagiin ta'jil, santunan anak yatim, dan lain-lain. taraweh jadi rame (walo panas bgt, blm ada AC wkt itu). Dan yang paling bikin seneng adalah, anak saya ada diantara anak-anak masjid itu, dan selalu semangat untuk belajar ngaji.

Awalnya, emang karena pengen anak sendiri punya kegiatan positif dan lingkungan yang baik. Lama-lama ketika ngeliat pendaftar ngaji makin banyak (tercatat 130 lebih anak), jadi tersadar, bahwa hal seperti ini juga dibutuhkan banyak orang. Tapi gak setiap orang  bisa (saya yakin pasti mereka juga ingin) bisa membangun semua ini. Banyak orang tua yang datang, ingin daftar dan "nitip" anaknya biar bisa belajar negaji dan punya teman-teman yang baik. "Nitip" karena orang tua gak bisa dampingi dia sepanjang hari dan baru bisa jemput pas pulang ngaji. 

Pengajian ini murni kegiatan sosial, dalam arti tidak ada sedikitpun niat untuk menjadikannya bisnis. Dan semoga saya bisa istiqomah begitu. Meski lama-lama, seiring waktu, banyak ibu-ibu penggagas yang pindah, dan tinggalah gak lebih dari 3 orang (bentar lagi 2) yang ngurusin. Sementara urusan makin banyak. Pusing? iya. Cape? iya. Tapi kalo inget betapa banyak ibu-ibu diluar sana yang nitipin anaknya, karena mereka harus kerja, saya jadi gak tega untuk gak ngurusin TPQ ini. 

Saya ngerti banget perasaan para orang tua yang khawatir pada lingkungan anak-anaknya. juga perasan orang tua yang resah sepanjang hari (trutama ibu) yang harus ninggalin anaknya untuk kerja. Sayapun, jika dulu ada tempat ngaji (udah jadi) yang bisa jadi tempat anak saya main dengan baik, saya pasti udah masukin Nawla ke situ. Jadi, soal ngurusin tempat ngaji anak-anak ini, akhirnya jadi urusan yang cukup serius untuk saya.

Mungkin emang, di tiap lingkungan, akan ada pionir untuk sesuatu yang baik. Dari dulu saya selalu kagum pada para penggagas gerakan sosial. selalu kagum pada para relawan. Hidup mereka seperti hidup yang berisi. yang  utuh, yang selalu punya arti di tiap geraknya. Mungkin inilah salah satu rejeki Allah buat saya; jadi pengurus TPQ. Cape, pusing, tanpa ada profit apapun (malah cenderung banyak keluar duit sendiri), tapi inilah penyeimbang itu. Dari jutaan masalah yang menghantui tiap hari, dari pikuk ibu kota yang mendera tiap detik, dari udara Jakarta yang pengang dan panas, di masjidlah saya temui pembasuh semua lelah. Melihat anak-anak yang belajar mengaji, mendengar setiap nasihat kebaikan yang disampaikan pada mereka oleh para ustsdzahnya, bercengkrama dengan orang-orang baik yang hatinya selalu terpaut di masjid. Seperti menemukan banyak keajaiban di sana. Selalu aja ada hal yang bikin tenang. 

Awalnya untuk Nawla. Lalu ini adalah untuk anak-anak yang lain juga. Lalu menjelma jadi penyeimbang hidup yang ajaib. Lalu semuanya seperti kembali pada diri sendiri. Hidup jadi lebih terisi.

Maka bener adanya janji Allah. Tak ada yang sia-sia pada setiap amalan baik. 
Ketika kesempatan itu ada, ambilah. jangan  berhitung telalu rumit. amalan baik sudah jelas balasannya. Balasan yang seringkali datang dengan cara yang tak terduga. Ajaib. Dan karenanya saya selalu merasa, betapa hidup saya selalu penuh keajaiban.

Alhamdulillah...
jadi, Nyok ngaji buibuuu.....! hehe!




Wednesday, May 1, 2013

61 ago

Waw, sudah 61 hari berlalu sejak hari itu...
Hari biasa yang ternyata belakangan diketahui sebagai hari yang sangat luar biasa.
Sebutlah hari itu sebagai hari "kekalahan telak" saya.

Rasanya gila juga, sampe hari ini efek dari "hari" itu masih terasa kuat. Dan saya harus mencari pertolongan yang serius untuk memperbaiki diri saya sendiri.

Tidak banyak yang bisa saya ceritakan.

Ada yang lebih penting untuk ditangani hari ini. Eyhonia. Dia perlu dicarikan "rumah" baru.

Doakan, semoga Eyhonia--novel pertama saya, menemukan takdirnya.

Thousands days to go.... 61 are just passed away.


Saturday, March 9, 2013

Terbang

Pada kawan di ujun Savana,
Di bawah atap langit maha luas,
Yang menunggu di satu felicium yang sebatang kara,
Maukah kau kau tiupkan serbuk bunga rumputmu?
Sampaikan pada angin barat, untuk membawanya kepadaku di sini.
Dan pada langit maha luas, apakah ku bisa mencipta jiwa peri?
Hingga mengecil seluruh raga ini.
Agar bisa kunaiki serbuk bunga savana itu.
Untuk aku terbang.
Terbang ke barat.
Ke tempatmu, kawan.

Ough!

Its too hurt to write.

Fix?

Allah, just please stay with me.

Thursday, March 7, 2013

A best friend

Kita pasti punya seorang kawan baik, bukan?
Setidaknya jika sekarang tidak, pasti pernah kan?

Menyenangkan sekali punya sahabat itu, bukan?
Dan menyenangkan sekali menjadi seorang sahabat.

Hampir semua bisa kita bagi. Sedih, senang, marah, kesal, mimpi, harapan, juga kopi, pulsa, duit pinjaman dadakan, bahkan kaos tidur.. Apapun.

Maka idealnya, sahabat terbaik adalah yang selalu ada di dekat kita. Kapanpun. Dekat dalam segala arti. Beruntunglah mereka yang bersahabat dengan pasangan hidupnya.

Tapi bersahabat, bukan berarti bahagia selamanya. Ada saat kita berselisih, berbeda pandangan, bahkan saling mengecewakan. Tapi kayakinan bahwa kita adalah sepasang sahabat baik, akan  membawa kita kembali berkawan, menyelesaikan segala perseteruan yang terjadi dan kembali tersenyum bersama. Pada seorang sahabat, sesungguhnya tak ada hal yang cukup besar yang mampu menggoyahkan. Dengan seorang sahabat, apapun semestinya bisa berakhir dengan bahagia.

Ada kalanya kita yang lupa, lupa untuk ceria. Lupa untuk berbagi. Berbagi segala hal, sampai hal terkecil sekalipun. Lalu kebersamaan menjadi merenggang tanpa kita sadar. Semua jadi semu. Tapi jangan pernah terpikir itu sebuah akhir. Tak ada akhir bagi sebuah persahabatan. Seperti hubungan ibu dan anak, saya percaya bahwa hubungan antara sepasang sahabat baik sesungguhnya juga abadi. Mungkin semua hanyalah sekedar alfa. Sekedar lupa. Tentang hal-hal yang bisa dinikmati bersama. Pada keceriaan-keceriaan sederhana yang tanpa sengaja tertutupi oleh penatnya hidup.

Padamu, sahabat.
Maafkan untuk semua keceriaan yang mulai luntur.
Maafkan untuk semua cerita lucu yang aku lewatkan untuk diceritakan padamu.
Maafkan untuk senyum yang menjadi lebih jarang.
Percayalah, tertawa bersamamu adalah hal yang paling aku rindu di dunia ini.
Seperti pagi ini, yang terlewat begitu saja tanpa sebuah cerita apapun yang bisa mengumbar tawa membahana di bawah atap kita.

Mungkin sulit untuk membangun kembali semua keceriaan itu. Karena kita menumpuk terlalu banyak kegelisahan dan pikiran-pikiran tidak bahagia yang sebenarnya tidak perlu.

Tapi bisakah kita bangun kembali? Bila terlalu sulit untukmu, biar aku yang mulai. Bila leluconku tidak lagi terasa lucu, maukah kau cari yang lebih lucu? Dan kelak kita kembali punya rasa itu. Rasa yang membuat kita selalu tidak sabar untuk saling bercerita.

Bila masih saja terlalu penat hidup ini, maukah kita pergi bersama sebentar? Ke tempat yang lebih lapang. Tempat di mana kita bisa berteriak bersama. Tempat yang hanya dibatasi oleh langit yang sebenarnya tak punya tepi.

Bilapun mimpi kita tak lagi sama, jalan yang kita tempuh berbeda. Tapi bukan berarti kita harus menjauh bukan? Kau pernah bilang, itu bisa membuat kita punya lebih banyak cerita.

Untuk semua pikiran-pikiran berat, tumpahkanlah sedikit demi sedikit. Seperti kata Dumbledore, tentu saja semua itu ada dalam pikiran kita, tapi mengapa itu tidak berarti nyata? Itulah mengapa kegelisahan bisa terasa amat nyata terjadi. Jadi, mari pikirkan hal-hal yang membahagiakan, kawan! Dan semoga ada aku di dalamnya.

:)






A brand new

Too many stories to tell, too lazy me.

Hehe...

Well, yeah.

Janji mau nulis ttg proses penulisan novel, gak jadi juga. Sampai niat itu melempem dengan sendirinya. Tapi... Ada hal lain yang sebenarnya lebih "seru" di luar pengalaman menulis novel pertama saya. Hal yang kemudian membuat janji menulis blog tentang novel pertama menjadi tak penting lagi.

Entah apa yang sebenarnya tengah dirangkai Tuhan untk saya. Tapi kepercayan penuh yang saya bangun padaNya sejauh ini selalu terbukti merupakan kekuatan terbesar saya dalam menghadapi segala sesuatu.

Dalam hitungan bulan, saya merasa telah bolak balik hidup selama berabad-abad. Ini bukan sesuatu yang menyenangkan. Sangat melelahkan malah. Tapi untuk semua hal yang berat itu, saya ingin mengucap syukur yang sebesar-besarnya, karena rasa percaya yang tetap setia berada dihati dan seluruh jiwa. Rasa percaya pada Tuhan. Pada Allah. Pada Sang pemilik semesta.

Seringkali, atau memang aturannya begitu, kekuatan hadir bertambah karena adanya sebuah penderitaan. Kemahiran yang meningkat tak akan muncul tanpa ujian. Mungkin itulah yang tengah terjadi. Selain karena sebagai hamba yang masih belia dalam hal taqwa dan ahli soal dosa, sehingga Allah perlu memberi saya pelajaran.

Sering saya terbangun di banyak pagi belakangan ini dengan pertanyaan yang sama. Mengapa saya masih bertahan? Sementara saya sadar sesadar sadarnya bahwa peluang untuk kembali jatuh dan sakit tetap terbuka lebar di hadapan saya jika saya masih berada di tempat yang sama. Karenanya, entah berapa kali saya ingin berontak lari, pergi sejauh-jauhnya dari hidup saya hari ini. Namun, selalu ada bagian yang menahan. Bagian yang mungkin cukup kecil sebagai suara hati, namun cukup kuat bersuara. Bagian yang setiap kali saya kembali menangis terpuruk, ia akan berkata, bukan saya yang harus pergi, tapi keegoisan, ketidaksabaran dan kemunafikan yang harus pergi. Bagian kecil itu juga bilang, untuk seluruh kepercayaan yang cukup besar pada Sang Maha Agung, apalagi yang perlu saya khawatirkan? Bersama-Nya, tidak ada yang terlalu sulit untuk kita lalui dalam hidup. Maka berserah, sambil berusaha bangkit adalah jalan yang tebaik.

Meski pada akhirnya pertarungan selalu dimenangkan oleh suara hati kecil itu. Tapi selalu menyisakan sebuah kelelahan yang luar biasa. Menangis itu melelahkan. Hati juga raga. Satu-satunya jalan adalah membangun lupa. Mengupayakan lupa. Pada semua yang pernah menyakiti. Pada semua rasa sakit. Pada semua yang menyebabkan kita terpuruk. Soal maaf, itu seribu kali lebih mudah dari melupakan.

Melewati sepanjang hari dengan segala prasangka, dan melewatkan malam hari dengan segala ketidakpuasan, sungguh tidak nyaman! Tapi mungkin inilah aturannya. Agar saya bisa lebih keras berusaha. Hidup tetap di depan mata, ia tak kan berpindah kemanapun.

Maka pada akhirnya, saya harus berdamai pada kenyataan. Dan menggenggam kepercayaan padaNya dengan sungguh-sngguh. Agar saya tidak lagi merasa hidup sendiri. Saya berjalan bersama-Nya. Dan itu jauh lebih luhur untuk terus saya perjuangkan..


Thursday, January 10, 2013

Menulis (Novel) Part 2

Pages are running...

Sudah  berjalan di atas 100 halaman dalam 2 bulan. Lambat banget siiii...
Tapi yang penting bisa selamat. semoga, amin!

Pengen cerita banyak soal perjalanan bikin novel ini. mungkin perlu waktu yang lebih longgar. Kalo novelnya udah jadi kali ya?

Yang jelas, dibanding pengalaman menulis, proses ini lebih banyak memberikan pengalaman spiritual! Nah lo!

Iya, takjub banget dah! Sampe muntah2 tiba2 di tangah malam tanpa sebab. Hahaha, horor ya? padahal ini bukan novel horor.

Mungkin terbawa emosi tokoh yang emang lagi adegan feel down banget. Saya jadi ikutan muntah2. Tapi kalo emang begini resikonya bikin novel, sumprit dah saya gak akan pernah bikin novel sedih lagi!
hehehe...

Semoga nanti bisa cerita dengan lengkap. Yang jelas, ini pengelaman yang luar biasa....mendebarkan... halah!

Okaaaay, keep on runnin' fingers!