Wednesday, April 25, 2012

Hening

Sebenernya agak gak pede mo nulis soal ini. Tapi kenapa pula harus gak pede? kayak iye aja ni blog bakal dibaca sejagat raya ;p

Entah kapan awalnya, saya tertarik pada hal-hal yang bersifat kejiwaan. Mungkin sejak SMP, saat mulai sering baca buku psikologi di perpustakaan kabupaten. Bukan bacaan yang lazim buat anak remaja memang, tapi hal-hal yang berbau begituan (baca: psikologi) sangat menarik buat saya, entah kenapa.
Lalu mulailah saya membangun cita-cita sebagai psikolog.Tapi ada daya, tekad tidak cukup kuat, PMDK saya ynag keterima adalah di IPB dan saya tidak lolos seleksi psikologi Undip. Kalo mesti masuk swasta, gak mungkinlah, gak kepikir juga kuliah di kampus swasta, mana sanggup. Mo ikut UMPTN ke UI? tahu dirilah dengan otak cetek ini dan tekad yang masih lembek. Makanya pupuslah cita-cita jadi psikolog.

Lalu hidup mengalirlah, dengan hati yang terus resah, taelaaaah! merasa bahwa ilmu di IPB bukanlah yang menjadi dambaan hati. Mungkin juga karena otak cetek ini tidak sanggup mengunyah ilmu2 IPB yang canggih itu dengan baik. Tapi saya memiliki ketertarikan lain, lewat beberapa karya sastra yang saya baca. Saya penggila fiksi, doyan komik, novel dengan over dosis. Kampus membawa saya lebih jauh mengenal karya-karya tulis. Internet membuat obesesi terbesar hidup saya dapat sedikit terwujud: menjelajah dunia.

Saya berkenalan tidak hanya dengan ilmu di jurusan saya. Saya berkenalan dengan filsafat, ilmu sosial, ilmu2 dasar dan lain sebagainya. Mata saya membuka jauh lebih lebar daripada ketika saya SMA. Bisa dibilang saya adalah anak yang tidak pernah bisa nyaman di sekolah. Buat saya sekolah adalah tempat yang tidak asik, sekedar rutinitas biasa yang dilakukan seorang anak sebelum ia dewasa dan mengemban tugas berikutnya: bekerja. Tapi ketika saya di kampus, saat saya meenggelamkan diri di rak perpustakaan pojok yang berisi buku-buku dari seluruh dunia, yang justru tidak ada kaitannya secara langsung denganmateri-materi kuliah saya, saya menemukan banyak hal yang menarik. Saya terbuka akan kehidupan ini. Manusia, hidup, ilmu, jiwa, spiritulitas, menjadi hal yang begitu menarik buat saya. Saya menggilai filsafat, ilmu-ilmu kejiwaan, sejarah penemuan, para orang pintar jaman dulu dan sebagainya. Hampir mirip ketika saya SMP, hanya saat di kampus, akses saya jauh lebih terbuka. Bacaan fiksi saya mulai beralih ke Jostein Gaarder, Karen Amstrong, Dan Brown, dan karya-karya populer lainnya yang agak menyinggung-nyinggung soal filsafah, ilmu, sejarah dan lainnya. Bacaan saya rada meningkat, tidak hanya komik, chicklit dan Lupus (Lupuuuus!). Hingga membawa saya tertarik pada hal-hal yang lebih jauh lagi, sampai hari ini.

Singkat kata, saat ini saya mulai tertarik pada hal-hal apa ya namanya ini, pokoknya saya lagi doyan ama pola makan vegetarian, hal-hal yang natural dan alami (kayak miara tanaman, pengobatan herbal rumahan, dll), sangat merasa penting bgt pd keberadaan sinar matahari dan udara bebas (sesek kalo lama2 di AC) dan yang paling anyar, saya jadi doyan meditasi! Saya pada dasarnya emang nggak suka keramaian. Lebih nyaman di tempat-tempat dengan volume suara yang rendah. nyetel tipi juga gak enak kalo kenceng2 suaranya, malah saya jadi gak tralu doyan nonton tipi (apalagi rumahnya unyil banget gini, kedengeran banget kalo tipi nyala!). Nah, meditasi mengajarkan saya untuk meraih keheningan yang maksimal. Dan saya jadi kecanduan, hahahaha!

Setelah solat subuh adalah yang paling pas untuk meditasi. Kadang saya menjelang tidur dengerin video hipnoterapi juga. Topik mengenai kekuatan pikiran dan kebeningan hati jadi minat saya akhir-akhir ini. Mencoba menyelami diri sendiri ternyata asik juga. Saya sih belum sepenuhnya jago bermeditasi. Belum nemu apa-apa juga waktu meditasi, tapi setidakya itu membuat ke"sadar"an diri saya jadi agak meningkat. Saya mulai merasa ringan dalam menjalani hidup, beban materi terasa tidak seberat seblumnya. malah saya merasa agak menjauh pada hal-hal yang bersifat materi. Keinginan2 materiil mulai berkurang, berganti pada keinginan untuk hidup dengan lebih waspada, sadar akan peran diri untuk menjadi manusia yang baik secara fisik dan mental, bermanfaat untuk orang dan lebih peka pada lingkungan. Buat saya berada di alam terbuka jauh lebih baik ketimbang di mall atau dalam gedung mewah. Kalo ada lapangan hijau berumput untuk publik, mungkin saya bakalan doyan tidur siang dan meditasi di sana.

Kegemaran saya bermeditasi tidak kemudian membuat saya meragukan ajaran yang saya anut kok (Alhamdulillah..). Malah membuat saya semakin kuat mengimani Allah dan ajarannya. Jujur, saya memang agak terbuka dan respek pada ajaran2 Buddha tentang pemurnian jiwa dan ajaran-ajaran kebaikannya. Tapi buat saya, islam juga mengandung itu semua. Bedanya mungkin, Buddha mempercayai reinkarnasi sampai jiwa memenuhi syarat sempurna untuk mencapai nirwana. Islam menyampaikan soal alam barzah, hari perhitungan dan akhirat yang berisi surga dan neraka.Islam juga telah menulis dengan jelas aturan2 mainnya, apa yang dosa apa yang berpahalaan, dan semua akan dihitung dihari akhir.

Otak dan jiwa saya belum sanggup menggapai pemahaman tentang kehidupan setelah mati. Saya mempercayai adanya kehidupan stelah mati. Tapi manalah yang paling rasional? saya kira semua ajaran tidak ada yang bisa membuktikannya. Itu perlu iman. Dan saya mengimani ajaran saya, sehingga soal kehidupan setelah mati saya percaya oleh yang islam ajarkan. Tapi apapun, yang terjadi setelah kita mati, toh kehidupan di dunia ini sama pentingnya bukan? maka buat saya, pikirkanlah yang terbaik untuk kehidupan kita di dunia ini. Mencapai kemurnian jiwa bukan untuk kemudian menjadi orang suci anti dosa, tapi buat saya menjadi orang yang lebih "sadar". Sadar bahwa hidup itu hanya sementara, bahwa kematian itu niscaya dan tidak ada yang lebih baik untuk kita tinggalkan selain kebaikan.

Hidup dalam ketulusan, keikhlasan dan percaya sepenuhnya pada Tuhan sebagai kukuatan maha besar yang mengatur kehidupan ini, buat saya adalah jalan yang paling benar untuk melangkah di dunia ini. Dunia ini sudah terlalu penat, hal-hal materiil hanya membuat stress, hidup jadi hampa, jiwa jadi kosong. Hidup terlalu bingar, sehingga kita sulit mendengarkan kata hati, mendengarkan diri kita sendiri. Maka penting sekali untuk saya rutin mengecap keheningan di setiap hari.

Sholat pada konsepnya adalah juga merupakan sebuah proses meditasi. Kemampuan sholat khusuk akan memberikan sensasi yang mendalam bagi pemurnian jiwa. Inilah yang sedang saya upayakan. Meditasi lainnya adalah upaya untuk memingkatkan konsentrasi dengan lebih praktis, semoga bisa menolong saya untuk solat lebih khusu. Ini semua nyaman sekali; berhening mencari kebeningan.Terima kasih pada Allah atas petunjukNya.

Lakukanlah setiap hari. Diam, menyendiri, berdialog dengan diri sendiri, menemukan diri kita yang sejati untuk bisa hidup lebih berarti.

Selamat ber-hening.
 :)