Tuesday, February 3, 2009

Punya anak = Jadi presiden

Banyak orang ingin jadi presiden (apalagi di negara kita). Jadi presiden t uh seneng, kemana-mana di anter mobil enak, gak pernah kena macet, hidup terjamin jiwa raga, bisa keliling dunia, di hormati, berkuasa dan sejuta kesenangan lainnya.

Banyak orang melihat “keuntungan” jadi presiden dengan mata jeli, tapi terkadang lupa (atau pura-pura tidak tahu) kesulitan apa yang menghadang di depannya.

Mengurusi jutaan manusia (sekali lagi, apalagi di Indonesia) jelas bukan hal gampang, apalagi menyenangkan. Cenderung menyeramkan malah. Tanggung jawab yang begitu besar rasanya tak sebanding dengan segala fasilitas kenyaman yang ditawarkan…

Itu menurut saya.

Tapi banyak sekali yang ingin jadi presiden, yup, apalagi di tanah air kita tercinta ini. Entah akan ada berapa pasang maju di 2009 ini, namun fenomena 2004 dengan lima pasang calon presiden-wapres adalah luar biasa. Lebih dari itu untuk tahun ini, mungkinkah? Bila ya, Negara ini memang sungguh luar biasa!

Dan bila saya (sangat bila), mendapat kesempatan untuk ikut mencalonkan diri jadi presiden, akankah saya mau? Hmm… Presiden Indonesia, heh? Jujur, saya tidak mau. Bukan semata karena saya secara pribadi (saat ini) masing sangat jauh dari predikat qualified sbg capres, juga bukan saya tidak mampu membayangkan diri saya berada di mobil anti peluru yang setiap detik hidup saya di atur protokoler, bukan.. bukan itu. Seperti yang saya bilang tadi, Sob… jadi presiden itu menyeramkan, sekali lagi, apalagi di negeri ini. Saya tidak habis pikir kenapa banyak yang mau…

Dan, hubungannya dengan punya anak?

Its so related, sob…! Sama-sama sesuatu yang menyenangkan, tapi ada tanggung jawab besar yang “agak menyeramkan” didepan sana. Entahlah, mana yang lebih berat, punya anak atau jadi presiden? Hal ini bisa ditanyakan pada presiden di hampir seluruh Negara, karena mereka rata-rata sudah punya anak. Tapi bagi saya, sepertinya sama beratnya.

Dan bila saya tidak mau jadi presiden, mungkinkah saya juga tidak bersedia punya anak. Disinilah perbedaannya. Saya sudah jadi ibu sekarang, dan karena jadi Ibulah saya bisa bilang bahwa punya anak itu sama beratnya dengan jadi presiden. Saya mungkin tidak adil membuat pernyataan ini, karena saya belum pernah merasakan jadi presiden. Owh, please.. jangan buat saya merasakan hal itu. Membayangkannya saja sudah mengerikan… saya hanya tahu itu berat, cukup tahu saja. Mencobanya, No, thank u!

So, bila saya menolak jadi presiden, mungkinkah saya berencana punya anak kedua? Saya sedang belajar dari pengalaman, salah satu pembelajaran saya adalah sampai pada kesimpulan yang saya uraikan panjang di atas tadi. Tugas berat, sob… punya anak itu tugas berat sekali, apalagi bila anak itu kelak jadi presiden, apalagi jadi presiden di Negara ini, apalagi Negara ini belum ada perubahan ke arah yang lebih baik beberapa dekade mendatang… berat, sobat… ! berat...