www.newyorknewyork.com |
I did agree.
Ada masa ketika lo di atas tapi lo ketakutan. Ada masa lo di bawah, tapi lo ngerasa tenang. Ada rasa bosan ketika melambat, ada rasa deg-degan ketika terasa lebih cepat. All the feelings full the experience.
Tapi membayangkan bahwa seumur hidup lo selalu di atas roller coaster... rasanya agak menakutkan, sekaligus (pasti) melelahkan.
Dan pernahkan ngebayangin bahwa gak cuma hidup lo yang berupa roller coaster, tapi juga hati lo. Hati. tempat segala perasaan terbentuk. Jiwa raga lo bisa mengontrol hati, kalo lo bisa. tapi seringnya sih, hati sendiri malah susah dikontrol. Dan ketika hati lo merubah bentuk jadi roller coaster terbesar sejagat... nothing compare to feel the pain. Sooo painfully. Capek.
Satu-satunya hal yang paling lo pengen pasti, turun dari roller coaster itu dan nafas dengan benar. Sama seperti rasanya sekarat kali ya?
Serius deh,
Saya gak pernah tertarik untuk naik roller coaster. Apalgi kalo harus ngadepin hidup kayak roller coaster. Apalgi juga, kalo harus ngalamin punya hati yang menjelma jadi roller coaster. Gak deh..
Cemen?
Mungkin.
Tapi saya lebih suka meganggap hidup ini seperti Dufan-nya. Kita bisa naik roller coaster, ato kincir raksasa, ato masuk rumah boneka, ato naek gajah beleduk, ato sekedar duduk di taman liatin anak-anak kecil, ato bahkan jadi badut Dufan-nya. Hidup, jauh lebih komplek dari sekedar roller coaster.
That's it.
To u, who have made my heart be a suck roller coaster... enaugh! I stop. Dont ever try me, anymore.
Saya lebih suka,
Life is like a box of chocolates :)
*yummm!*
No comments:
Post a Comment