Thursday, February 6, 2014

Sekolah Mahal? Apanya?


Masih soal sekolah, sekolah, sekolah...
Yah, maklumlah... antara excited dan harap-harap cemas menghadapi peran sebagai ibu dari anak SD!
Ini terinspirasi dari obrolan antar emak-emak kemaren, soal sekolaan.
Obrolan gak jauh-jauh dari uang masuk berapa? SPP? fasilitasnya? sistemnya?
"Wah, mahal juga ya masuknya.. emang sekolahannya bagus ya? fasilitasnya banyak?"
Kira-kira begitulah pertanyaan yang muncul, hampir dari setiap ibu-ibu yang terlibat dalam konferensi tidak terduga ini (baca: rumpi).

Well, sekolah mahal?
Itu bisa jadi relatif sih ya. Tergantung dari apa  yang kita liat dan cari.
Menurut saya pribadi, saya setuju kalo sekolah itu mahal. dan saya setuju kalo sekolah itu "layak" mahal. Ini di luar konteks, bahwa pendidikan itu adalah hak setiap orang yah. Karena persoalannya ada di siapa penyedia pendidikan itu. Saya setuju setiap anak berhak mendapat pendidikan. Dan saya setuju bahwa pendidikan yang  diberikan haruslah pendidikan yang  terbaik. Dan bila itu mahal, ya itu urusan si penyedia pendidikan. Dalam konteks hak warga negara, berarti ini tanggung jawab pemerintah. Dalam konteks hak seroang anak di area keluarga, ini adalah tanggung jawab orang tua.

Balik ke soal mahal itu relatif.
Kalo buat saya, saya berani bayar mahal untuk sebuah sekolah buat Nawla JIKA sekolah itu punya tim pendidik yang luar biasa. Saya tidak terlalu peduli sekolah itu punya fasilitas apa. Buat saya (sekali lagi, ini buat saya loh yaa), gedung mentereng, ruang ber-AC, lapangan olah raga untuk tiap cabang atletik plus kolam renang, juga gedung ibadah, itu tidak penting harus ada.

Kalopun sekolah itu cuma punya ruang kelas sederhana tanpa meja kursi lengkap, rak-rak berisi banyak buku tapi bekas, ruang kecil beralas tikar untuk solat bersama, atau kamar mandi dengan WC jongkok tapi tetap bersih, gak masalah. Asal, sekolah itu punya guru-guru yang passionated dalam mengajar dan punya visi untuk membangun jiwa pembelajar bagi anak-anak. Saya berani bayar mahal untuk sekolah seperti itu.

Bagi saya, ruang "Sekolah" itu seharusnya lebih luas dari sekedar gedung dan halamannya. Seperti gambar di atas, kelas SD Muhammadiyah Gantong mungkin hanya segitu (pada masanya), se-hampir roboh itu. Tapi anak-anak belajar hingga ke ujung pantai Belitong demi mengejar pelangi, bahkan hingga ke luar angkasa,saat Lintang terobsesi ingin mengukur berapa jarak Bumi ke Andromeda dan nebula-nebula Triangulum (lebih jelasnya, kisah ini bisa dibaca di Novel Laskar Pelangi). Seluas itulah sekolah. Maka, jika ada sekolah yang mengatakan bahwa jagat raya inilah fasilitas yang mereka punya untuk mendidik anak-anak, maka ke sanalah saya akan menyekolahkan Nawla.

Lalu, soal biaya mahal? Untuk apa mahal kalo gak ada fasilitas riil sebuah sekolah? Ya untuk bayar guru-guru yang luar biasa itu! Rasanya tidak adil, kalau kita selalu bicara soal pendidikan berkualitas, tapi tidak cerewet soal peran guru.Setelah orang tua, orang yang harus kita hormati adalah guru. Untuk tugas sepenting itu di atas bumi, sudah selayaknya para guru mendapat penghargaan yang tinggi. "Aaah.. guru-guru juga kebanyakan kemampuannya gitu-gitu aja, gak hebat-hebat amat.." mungkin banyak yang mikir gitu. Ya carilah guru yang  bagus. Mungkin jarang kita nemu orang yang betul-betul tulus dan passionated mendidik anak, tapi pasti ada. Dan bila kita memang mencari guru-guru hebat--bukan sekolah berfasilitas mewah dan lengkap--mungkin bisa menjadi jalan bagi lahirnya guru-guru berkualitas tinggi, bukan munculnya sekolah-sekolah mahal dengan gaya penawaran yang gak jauh beda dengan agen properti.

Dan, jangan pernah berhenti doa.. semoga anak-anak kita, dipertemukan dengan guru-guru yang baik. Amin.

Sunday, February 2, 2014

For The Next Journey

"A Walk Together" Painting by Sandeep Khedkar . Taken from www.fineartamerica.com
Tiba-tiba aja pengen nulis ini, di tengah kemumetan deadline...#biasabanget #ngeles
Agak degdegan seharian ini. Mungkin karena deadline tapi inspirasi lagi mandek.. mungkin juga karena senin besok bakal wawancara ama calon SDnya Nawla.. hihiiii... kok rada parno ya? maklum, ini pertama kalinya saya masukin anak ke SD.

Denger beberapa temen sudah bernafas lega karena anaknya sudah diterima SD, jadi makin degdegan.. Anak gue pa kabaaar??
Bakal diterima gak ya di SD yang sedang berproses ini? Dan saya sama sekali gak punya cadangan... *nangis kejer*.
Kalopun diterima, Alhamdulillah.. tapi kudu mikir keras juga, gimana caranya bisa bolak balik Kalibata-Ciganjur dengan nyaman, tiap hari, buat anak segede Nawla.. *seka jidat*

Ketika beberapa temen tanya, Nawla daftar di mana? Pas saya jawab, mereka angkat alis (dan dahinya tentu saja), "Jauh amaaat?" Yeah.. iyasih, jauh..

Entah gimana pada waktu itu (saat daftar) saya pede aja Nawla bisalah bolak balik sejauh ini demi sekolah yang bagus. Tapi saya juga mikir, ini yang bilang bisa Nawla ato emaknya ya?? Jadi sempet bimbang juga belakangan, kalopun jadi, beneran bakal kuat ngaterin Nawla tiap hari sejauh itu? Dan yang gak kalah penting, apa Nawla kuat?

Well, setiap kali pikiran itu datang, saya selalu berusaha balik pada niat awal mencari SD untuk Nawla. Yap, saya pengen Nawla belajar di sekolah yang baik, bertemu dengan guru yang baik. Setiap kali saya ingat bahwa usaha pencarian sekolah ini begitu keras dan penuh doa (tsaah!), saya kembali membangun prasangka baik, semoga semua adalah jalan yang memang Allah berikan untuk Nawla. Soal jarak, sebetulnya bukanlah persoalan ketika kita melihatnya dari sisi yang lain. Inilah yang kembali menguatkan saya.

Mungkin perjalanan sekolah Nawla nanti (kalo keterima) akan lebih jauh dibanding teman-temanya yang lain yang dapat SD di sekitar rumah. Nawla mungkin akan lebih capek, begitupun saya yang mengantarnya tiap hari. Tapi, mari berputar ke sisi yang lain. Perjalanan 'jauh' ini tentu menyimpan banyak hal yang bisa 'membekali' Nawla. Entah seperti apa. Apakah akan menjadikan Nawla sesorang yang kuat seperti Lintang yang mengayuh sepedanya 2 jam dari pesisir menuju Linggang? Entahlah... Tapi saya sedang ingin memupuk sebanyak mungkin prasangka baik, dan kepercayaan diri, bahwa apapun yang terjadi nanti; jauh atau dekatnya perjalanan Nawla ke sekolahnya, adalah bagian dari proses belajar yang sama luar biasanya dengan proses belajar di dalam kelas. Dan saya sedang mengumpulkan segenap keyakinan, bahwa tidak ada waktu yang terbuang percuma pada setiap detik yang saya pakai untuk mengantarkan Nawla ke sekolahnya; sejauh apaun itu. Karena perjalanan itu adalah perjalan yang sangat penting; mengantarnya pada gerbang ilmu.

Dan saya merasa sangat perlu menulis ini, bila suatu hari nanti kami berdua merasa begitu lelah dalam setiap perjalanan panjang menuntut ilmu yang Allah perintahkan untuk tidak berhenti sampai mati.. bahwa belajar, apapun prosesnya, tidak akan pernah sia-sia sedikitpun. Harapan saya, sebagai ibu, sederhana saja sebetulnya. Saya ingin, Nawla menikmati setiap proses belajarnya, menikmati sekolahnya, menikmati penjelasan guru-gurunya, menikmati buku-buku yang dibacanya, juga menikmati perjalanan menuju sekolah itu. Dan bila saya berkesempatan mengantarnya dalam perjalanan itu, sesungguhnya itu menjadi sebuah kehormatan besar..

Kita akan bersenang-senang bersama, Nawla. Saat jalan kaki berdua, kepanasan dan kehujanan. Saat di dalam kereta, saat menunggu ojek yang mungkin lama, juga saat badan terlalu lelah untuk berjalan pulang dan kita memutuskan 'ngaso' di pinggir jalan. Mari kita berusaha menikmati semuanya Nak, karena inilah saat paling penting dalam hidup; SEKOLAH. Kita akan sepakati bersama, bahwa sekolah tidak dimulai pada saat bel  masuk berbunyi. Tapi dimulai saat mata membuka di subuh hari. Maka perjalanan adalah bagian darinya. Semoga dengan begitu, Allah akan menghujani ilmu yang lebih banyak untukmu... semoga. Amin..

Untuk setiap perjalanan-perjalanan di depan nanti, sebuah kehormatan bagi Ibu untuk bisa menjadi pengantarmu, Nawla. Hingga tiba saatnya, kau akan berjalan sendiri dengan tegak dan penuh senyum percaya diri.

*kepal tangan*

*hiks*
#tibatibamellow

Daaan... untuk perjalanan-perjalanan seru itu... mari lebih semangat mengisi rekening! *balik nulis lageee!*

Buat para Ibu yang juga lagi degdegan seperti saya ... Huaaa... Anak kita udah mo SD! Jangan lupa pake sunblock kalo nganter anak sekolah ya Buu.. inget umur... #dipelototin