Thursday, March 7, 2013

A best friend

Kita pasti punya seorang kawan baik, bukan?
Setidaknya jika sekarang tidak, pasti pernah kan?

Menyenangkan sekali punya sahabat itu, bukan?
Dan menyenangkan sekali menjadi seorang sahabat.

Hampir semua bisa kita bagi. Sedih, senang, marah, kesal, mimpi, harapan, juga kopi, pulsa, duit pinjaman dadakan, bahkan kaos tidur.. Apapun.

Maka idealnya, sahabat terbaik adalah yang selalu ada di dekat kita. Kapanpun. Dekat dalam segala arti. Beruntunglah mereka yang bersahabat dengan pasangan hidupnya.

Tapi bersahabat, bukan berarti bahagia selamanya. Ada saat kita berselisih, berbeda pandangan, bahkan saling mengecewakan. Tapi kayakinan bahwa kita adalah sepasang sahabat baik, akan  membawa kita kembali berkawan, menyelesaikan segala perseteruan yang terjadi dan kembali tersenyum bersama. Pada seorang sahabat, sesungguhnya tak ada hal yang cukup besar yang mampu menggoyahkan. Dengan seorang sahabat, apapun semestinya bisa berakhir dengan bahagia.

Ada kalanya kita yang lupa, lupa untuk ceria. Lupa untuk berbagi. Berbagi segala hal, sampai hal terkecil sekalipun. Lalu kebersamaan menjadi merenggang tanpa kita sadar. Semua jadi semu. Tapi jangan pernah terpikir itu sebuah akhir. Tak ada akhir bagi sebuah persahabatan. Seperti hubungan ibu dan anak, saya percaya bahwa hubungan antara sepasang sahabat baik sesungguhnya juga abadi. Mungkin semua hanyalah sekedar alfa. Sekedar lupa. Tentang hal-hal yang bisa dinikmati bersama. Pada keceriaan-keceriaan sederhana yang tanpa sengaja tertutupi oleh penatnya hidup.

Padamu, sahabat.
Maafkan untuk semua keceriaan yang mulai luntur.
Maafkan untuk semua cerita lucu yang aku lewatkan untuk diceritakan padamu.
Maafkan untuk senyum yang menjadi lebih jarang.
Percayalah, tertawa bersamamu adalah hal yang paling aku rindu di dunia ini.
Seperti pagi ini, yang terlewat begitu saja tanpa sebuah cerita apapun yang bisa mengumbar tawa membahana di bawah atap kita.

Mungkin sulit untuk membangun kembali semua keceriaan itu. Karena kita menumpuk terlalu banyak kegelisahan dan pikiran-pikiran tidak bahagia yang sebenarnya tidak perlu.

Tapi bisakah kita bangun kembali? Bila terlalu sulit untukmu, biar aku yang mulai. Bila leluconku tidak lagi terasa lucu, maukah kau cari yang lebih lucu? Dan kelak kita kembali punya rasa itu. Rasa yang membuat kita selalu tidak sabar untuk saling bercerita.

Bila masih saja terlalu penat hidup ini, maukah kita pergi bersama sebentar? Ke tempat yang lebih lapang. Tempat di mana kita bisa berteriak bersama. Tempat yang hanya dibatasi oleh langit yang sebenarnya tak punya tepi.

Bilapun mimpi kita tak lagi sama, jalan yang kita tempuh berbeda. Tapi bukan berarti kita harus menjauh bukan? Kau pernah bilang, itu bisa membuat kita punya lebih banyak cerita.

Untuk semua pikiran-pikiran berat, tumpahkanlah sedikit demi sedikit. Seperti kata Dumbledore, tentu saja semua itu ada dalam pikiran kita, tapi mengapa itu tidak berarti nyata? Itulah mengapa kegelisahan bisa terasa amat nyata terjadi. Jadi, mari pikirkan hal-hal yang membahagiakan, kawan! Dan semoga ada aku di dalamnya.

:)






No comments: