Thursday, March 7, 2013

A brand new

Too many stories to tell, too lazy me.

Hehe...

Well, yeah.

Janji mau nulis ttg proses penulisan novel, gak jadi juga. Sampai niat itu melempem dengan sendirinya. Tapi... Ada hal lain yang sebenarnya lebih "seru" di luar pengalaman menulis novel pertama saya. Hal yang kemudian membuat janji menulis blog tentang novel pertama menjadi tak penting lagi.

Entah apa yang sebenarnya tengah dirangkai Tuhan untk saya. Tapi kepercayan penuh yang saya bangun padaNya sejauh ini selalu terbukti merupakan kekuatan terbesar saya dalam menghadapi segala sesuatu.

Dalam hitungan bulan, saya merasa telah bolak balik hidup selama berabad-abad. Ini bukan sesuatu yang menyenangkan. Sangat melelahkan malah. Tapi untuk semua hal yang berat itu, saya ingin mengucap syukur yang sebesar-besarnya, karena rasa percaya yang tetap setia berada dihati dan seluruh jiwa. Rasa percaya pada Tuhan. Pada Allah. Pada Sang pemilik semesta.

Seringkali, atau memang aturannya begitu, kekuatan hadir bertambah karena adanya sebuah penderitaan. Kemahiran yang meningkat tak akan muncul tanpa ujian. Mungkin itulah yang tengah terjadi. Selain karena sebagai hamba yang masih belia dalam hal taqwa dan ahli soal dosa, sehingga Allah perlu memberi saya pelajaran.

Sering saya terbangun di banyak pagi belakangan ini dengan pertanyaan yang sama. Mengapa saya masih bertahan? Sementara saya sadar sesadar sadarnya bahwa peluang untuk kembali jatuh dan sakit tetap terbuka lebar di hadapan saya jika saya masih berada di tempat yang sama. Karenanya, entah berapa kali saya ingin berontak lari, pergi sejauh-jauhnya dari hidup saya hari ini. Namun, selalu ada bagian yang menahan. Bagian yang mungkin cukup kecil sebagai suara hati, namun cukup kuat bersuara. Bagian yang setiap kali saya kembali menangis terpuruk, ia akan berkata, bukan saya yang harus pergi, tapi keegoisan, ketidaksabaran dan kemunafikan yang harus pergi. Bagian kecil itu juga bilang, untuk seluruh kepercayaan yang cukup besar pada Sang Maha Agung, apalagi yang perlu saya khawatirkan? Bersama-Nya, tidak ada yang terlalu sulit untuk kita lalui dalam hidup. Maka berserah, sambil berusaha bangkit adalah jalan yang tebaik.

Meski pada akhirnya pertarungan selalu dimenangkan oleh suara hati kecil itu. Tapi selalu menyisakan sebuah kelelahan yang luar biasa. Menangis itu melelahkan. Hati juga raga. Satu-satunya jalan adalah membangun lupa. Mengupayakan lupa. Pada semua yang pernah menyakiti. Pada semua rasa sakit. Pada semua yang menyebabkan kita terpuruk. Soal maaf, itu seribu kali lebih mudah dari melupakan.

Melewati sepanjang hari dengan segala prasangka, dan melewatkan malam hari dengan segala ketidakpuasan, sungguh tidak nyaman! Tapi mungkin inilah aturannya. Agar saya bisa lebih keras berusaha. Hidup tetap di depan mata, ia tak kan berpindah kemanapun.

Maka pada akhirnya, saya harus berdamai pada kenyataan. Dan menggenggam kepercayaan padaNya dengan sungguh-sngguh. Agar saya tidak lagi merasa hidup sendiri. Saya berjalan bersama-Nya. Dan itu jauh lebih luhur untuk terus saya perjuangkan..


No comments: